Penutup tentang pahala orang sakit Part II |
|
خَاتِمَةٌ
فِي ثَوَابِ
الْمَرِيضِ |
475. Ahmad dan Thabarani mengeluarkan ((sungguhnya
pening kepala dan rasa jemu pada kerja sentiasa ada pada orang beriman dan
sungguhnya dosa-dosanya seumpama Uhud maka keduanya tidak meninggalkan dia
sedang diatas dia ada kadar sebutir sawi daripada dosa)). |
|
وَأَحْمَدُ
[رَقْم ٢١٢٢١]
وَالطَّبَرَانِيُّ
[الْجَامِعُ
الصَّغِيرُ
رَقْم ٢٠٤٣)
((إِنَّ
الصُّدَاعَ
وَالْمَلِيْلَةَ
لَا يَزَالَانِ
بِالْمُؤْمِنِ
وَإِنَّ
ذُنُوبَهُ
مِثْلُ
أُحُدٍ،
فَمَا
يَدَعَانِهِ
وَعَلَيْهِ
مِنْ
ذُنُوبِهِ
مِثْقَالُ
حَبَّةٍ
مِنْ
خَرْدَلٍ)). |
|
|
|
476. Qudha'i [Al-Jami' As-Shaghir
Nomor 3848]: "Demam adalah bagian dari nasib setiap
mukmin dari api neraka. Bahkan
satu malam demam dapat menghapuskan
dosa setahun penuh." |
|
وَالْقُضَاعِيُّ
[الْجَامِعُ
الصَّغِيرُ رَقْم
٣٨٤٨]
((الْحُمَّى
حَظُّ كُلِّ
مُؤْمِنٍ
مِنَ
النَّارِ.
وَحَتَّى
لَيْلَةٌ
تُكَفِّرُ
خَطَايَا
سَنَةٍ
مُجَرَّمَةٍ))،
أَي
كَامِلَةٍ. |
|
|
|
477. Ibnu Majah [Nomor 3475], Tirmidzi [Nomor 1064], dan Nasa'i [Nomor
2052]: "Barang siapa
yang wafat karena sakit perut, maka dia tidak
akan disiksa di dalam kuburnya." |
|
وَابْنُ
مَاجَهْ
[رَقْم ٣٤٧٥]
وَالتِّرْمِذِيُّ
[رَقْم ١٠٦٤]
وَالنَّسَائِيُّ
[رَقْم ٢٠٥٢]
((مَنْ
قَتَلَهُ
بَطْنُهُ
لَمْ
يُعَذَّبْ فِي
قَبْرِهِ)). |
|
|
|
478. Diriwayatkan secara sahih dalam Al-Jami' As-Shaghir [Nomor 8458] dari Thabrani dalam Al-Kabir: "Barang siapa yang ditimpa musibah, baik pada hartanya
atau dirinya, kemudian dia menyembunyikannya dan tidak mengeluhkannya kepada manusia, maka sudah menjadi
hak Allah untuk mengampuninya." |
|
وَصَحَّ
الْجَامِعُ
الصَّغِيرُ
[رَقْم ٨٤٥٨]
عَنْ
الطَّبَرَانِيِّ
فِي
الْكَبِيرِ:
((مَنْ
أُصِيبَ
بِمُصِيبَةٍ
بِمَالِهِ
أَوْ فِي
نَفْسِهِ
فَكَتَمَهَا
وَلَمْ
يَشْكُهَا
إِلَى
النَّاسِ كَانَ
حَقًّا
عَلَى
اللَّهِ
أَنْ
يَغْفِرَ لَهُ)). |
|
|
|
479. Peringatan: Ketahuilah bahwa para ulama
berbeda pendapat tentang apakah pahala orang yang sakit diperoleh karena kesabarannya menghadapi sakit, atau dari
sakitnya itu sendiri. Pendapat yang lebih benar adalah
jika dia bersabar, maka dia mendapatkan pahala dari sakit
dan kesabarannya. Namun, jika tidak
bersabar, maka dia tidak mendapatkan
pahala. Inilah yang ditunjukkan oleh hadits-hadits. |
|
تَنْبِيهٌ:
اِعْلَمْ
أَنَّ
الْأَئِمَّةَ
اِخْتَلَفُوا
فِي أَنَّ
ثَوَابَ
الْمَرِيضِ
هَلْ عَلَى
الصَّبْرِ
عَلَى
مَرَضِهِ
أَوْ عَلَى نَفْسِ
مَرَضِهِ؟
وَالْأَصَحُّ
فِي ذَلِكَ أَنَّهُ
إِنْ صَبَرَ
أُثِيبَ
عَلَى
الْمَرَضِ
وَالصَّبْرِ،
وَإِلَّا
لَمْ يُثَبْ.
هَذَا مَا
دَلَّتْ
عَلَيْهِ
الْأَحَادِيثُ. |
|
|
|
480. Dikatakan oleh Izzuddin Ibnu Abdus Salam: "Sesungguhnya musibah-musibah itu tidak ada
pahalanya karena itu bukan hasil
usaha manusia, tetapi pahalanya ada pada kesabarannya,
tidak lebih. Ya, musibah-musibah itu bisa menjadi
penghapus dosa walaupun tanpa kesabaran, karena tidak disyaratkan dalam penghapus dosa bahwa itu
harus berupa usaha." |
|
قَالَ
عِزُّ
الدِّينِ
ابْنُ
عَبْدِ
السَّلَامِ:
إِنَّ
الْمَصَائِبَ
لَا ثَوَابَ
فِيهَا
لِأَنَّهَا
لَيْسَتْ
مِنْ كَسْبِ
الْعَبْدِ،
بَلِ الثَّوَابُ
فِي
الصَّبْرِ
عَلَيْهَا،
لَا غَيْرُ.
نَعَمْ،
فِيهَا
التَّكْفِيرُ
وَإِنْ لَمْ
يَصْبِرْ
إِذْ لَا
يُشْتَرَطُ
فِي الْمُكَفِّرِ
أَنْ
يَكُونَ
كَسْبًا. |
|
|
|
Minggu, 06 Oktober 2024
Tentang pahala orang sakit Part II
Tentang
pahala orang sakit Part II