Minggu, 06 Oktober 2024

Tentang pahala orang sakit Part II

Tentang pahala orang sakit Part II

Penutup tentang pahala orang sakit

Part II

 

خَاتِمَةٌ فِي ثَوَابِ الْمَرِيضِ

475. Ahmad dan Thabarani mengeluarkan ((sungguhnya pening kepala dan rasa jemu pada kerja sentiasa ada pada orang beriman dan sungguhnya dosa-dosanya seumpama Uhud maka keduanya tidak meninggalkan dia sedang diatas dia ada kadar sebutir sawi daripada dosa)).

 

وَأَحْمَدُ [رَقْم ٢١٢٢١] وَالطَّبَرَانِيُّ [الْجَامِعُ الصَّغِيرُ رَقْم ٢٠٤٣) ((إِنَّ الصُّدَاعَ وَالْمَلِيْلَةَ لَا يَزَالَانِ بِالْمُؤْمِنِ وَإِنَّ ذُنُوبَهُ مِثْلُ أُحُدٍ، فَمَا يَدَعَانِهِ وَعَلَيْهِ مِنْ ذُنُوبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ)).

 

 

 

476. Qudha'i [Al-Jami' As-Shaghir Nomor 3848]: "Demam adalah bagian dari nasib setiap mukmin dari api neraka. Bahkan satu malam demam dapat menghapuskan dosa setahun penuh."

 

وَالْقُضَاعِيُّ [الْجَامِعُ الصَّغِيرُ رَقْم ٣٨٤٨] ((الْحُمَّى حَظُّ كُلِّ مُؤْمِنٍ مِنَ النَّارِ. وَحَتَّى لَيْلَةٌ تُكَفِّرُ خَطَايَا سَنَةٍ مُجَرَّمَةٍ))، أَي كَامِلَةٍ.

 

 

 

477. Ibnu Majah [Nomor 3475], Tirmidzi [Nomor 1064], dan Nasa'i [Nomor 2052]: "Barang siapa yang wafat karena sakit perut, maka dia tidak akan disiksa di dalam kuburnya."

 

وَابْنُ مَاجَهْ [رَقْم ٣٤٧٥] وَالتِّرْمِذِيُّ [رَقْم ١٠٦٤] وَالنَّسَائِيُّ [رَقْم ٢٠٥٢] ((مَنْ قَتَلَهُ بَطْنُهُ لَمْ يُعَذَّبْ فِي قَبْرِهِ)).

 

 

 

478. Diriwayatkan secara sahih dalam Al-Jami' As-Shaghir [Nomor 8458] dari Thabrani dalam Al-Kabir: "Barang siapa yang ditimpa musibah, baik pada hartanya atau dirinya, kemudian dia menyembunyikannya dan tidak mengeluhkannya kepada manusia, maka sudah menjadi hak Allah untuk mengampuninya."

 

وَصَحَّ الْجَامِعُ الصَّغِيرُ [رَقْم ٨٤٥٨] عَنْ الطَّبَرَانِيِّ فِي الْكَبِيرِ: ((مَنْ أُصِيبَ بِمُصِيبَةٍ بِمَالِهِ أَوْ فِي نَفْسِهِ فَكَتَمَهَا وَلَمْ يَشْكُهَا إِلَى النَّاسِ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يَغْفِرَ لَهُ)).

 

 

 

479. Peringatan: Ketahuilah bahwa para ulama berbeda pendapat tentang apakah pahala orang yang sakit diperoleh karena kesabarannya menghadapi sakit, atau dari sakitnya itu sendiri. Pendapat yang lebih benar adalah jika dia bersabar, maka dia mendapatkan pahala dari sakit dan kesabarannya. Namun, jika tidak bersabar, maka dia tidak mendapatkan pahala. Inilah yang ditunjukkan oleh hadits-hadits.

 

تَنْبِيهٌ: اِعْلَمْ أَنَّ الْأَئِمَّةَ اِخْتَلَفُوا فِي أَنَّ ثَوَابَ الْمَرِيضِ هَلْ عَلَى الصَّبْرِ عَلَى مَرَضِهِ أَوْ عَلَى نَفْسِ مَرَضِهِ؟ وَالْأَصَحُّ فِي ذَلِكَ أَنَّهُ إِنْ صَبَرَ أُثِيبَ عَلَى الْمَرَضِ وَالصَّبْرِ، وَإِلَّا لَمْ يُثَبْ. هَذَا مَا دَلَّتْ عَلَيْهِ الْأَحَادِيثُ.

 

 

 

480. Dikatakan oleh Izzuddin Ibnu Abdus Salam: "Sesungguhnya musibah-musibah itu tidak ada pahalanya karena itu bukan hasil usaha manusia, tetapi pahalanya ada pada kesabarannya, tidak lebih. Ya, musibah-musibah itu bisa menjadi penghapus dosa walaupun tanpa kesabaran, karena tidak disyaratkan dalam penghapus dosa bahwa itu harus berupa usaha."

 

قَالَ عِزُّ الدِّينِ ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ: إِنَّ الْمَصَائِبَ لَا ثَوَابَ فِيهَا لِأَنَّهَا لَيْسَتْ مِنْ كَسْبِ الْعَبْدِ، بَلِ الثَّوَابُ فِي الصَّبْرِ عَلَيْهَا، لَا غَيْرُ. نَعَمْ، فِيهَا التَّكْفِيرُ وَإِنْ لَمْ يَصْبِرْ إِذْ لَا يُشْتَرَطُ فِي الْمُكَفِّرِ أَنْ يَكُونَ كَسْبًا.