Rabu, 09 Oktober 2024

Nasihat Kedelapanbelas: Hakikat Ubudiyah || Kitab Ayyuhal Walat

18. Nasihat Kedelapanbelas: Hakikat Ubudiyah

Lihat Video kajian

Kemudian kamu bertanya padaku tentang ubudiyyah (ibadah), yaitu ada tiga macam : pertama adalah menjaga perintah syariat, kedua adalah ridlo dengan qadla, qadar, dan pembagian Allah SWT, dan ketiga adalah meninggalkan ridlo dirimu sendiri demi mencari ridlo Allah Yang Maha Luhur.

 

ثُمَّ إِنَّكَ سَأَلْتَنِيْ عَنِ الْعُبُوْدِيَّةِ وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ : أَحَدُهَا مُحَافَظَةُ أَمْرِ الشَّرْعِ وَثَانِيْهَا الرِّضَاءُ بِالْقَضَاءِ وَالْقَدَرِ وَقِسْمَةِ اللّٰهِ تَعَالٰى وَثَالِثُهَا تَرْكُ رِضَاءِ نَفْسِكَ فِيْ طَلَبِ رِضَاءِ اللّٰهِ تَعَالٰى

 

 

 

Kemudian, Anda bertanya kepada saya tentang penghambaan, yang terdiri dari tiga hal. Yang pertama: menjaga perintah syariat dan melaksanakannya secara terus-menerus tanpa meninggalkannya atau meremehkannya.

 

(ثُمَّ إِنَّكَ سَأَلْتَنِي عَنِ الْعُبُودِيَّةِ وَهِيَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءٍ أَحَدُهَا : مُحَافَظَةُ أَمْرِ الشَّرْعِ) وَالْمُدَاوَمَةُ عَلَيْهِ بِلَا تَرْكٍ وَلَا هَوَانٍ،

 

 

 

Yang kedua: menerima qadha, yaitu hukum Ilahi, dan qadar, yaitu ketentuan Ilahi, serta pembagian Allah, khususnya dalam hal rezeki. Bagi para sufi, terdapat perbedaan antara qadha dan qadar, tetapi dalam konteks ini, keduanya dianggap sama.

 

وَثَانِيهَا : الرِّضَا بِالْقَضَاءِ) أَيِ الْحُكْمِ الْإِلٰهِىِّ (وَالْقَدَرِ) أَيِ التَّقْدِيرِ الْإِلٰهِىِّ، وَلِلْقَوْمِ وُجُوهٌ بِالْفَرْقِ بَيْنَهُمَا وَلَكِنَّ الْمُنَاسِبَ هُنَا اتِّحَادُهُمَا (وَقِسْمَةِ (اللهِ) خُصُوصًا فِي أَمْرِ الرِّزْقِ،

 

 

 

Yang ketiga: meninggalkan kepuasan diri sendiri dalam rangka mencari keridhaan Allah. Sebab, menentang nafsu adalah dasar hubungan antara hamba dan Allah Ta ala. Maka, janganlah lalai dari mengingat Allah dengan menyibukkan diri demi kepentingan nafsu dan mengikuti hawa nafsu.

 

وَثَالِثُهَا : تَرْكُ رِضَا نَفْسِكَ فِي طَلَبِ رِضَا اللهِ تَعَالَى؛ لِأَنَّ مُخَالَفَةَ النَّفْسِ أَسَاسُ الْأَمْرِ بَيْنَ الْعَبْدِ وَبَيْنَ اللهِ تَعَالَى، فَلَا تَغْفَلْ عَنْ اللهِ تَعَالَى بِالِاشْتِغَالِ عَلَى حَظِّ النَّفْسِ وَالِاتِّبَاعِ عَلَى هَوَاهَا.

 

 

 

Dikatakan bahwa, "Siapa yang memanjakan dirinya, maka ia akan hilang dari Raja yang Maha Suci." Al-Qusyairi mengatakan bahwa dasar mujahadah adalah menahan diri dari kebiasaan dan mengarahkan diri untuk selalu menentang hawa nafsu.

 

وَقِيلَ : مَنْ رَخَّصَ النُّفُوسَ غَابَ عَنِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ. قَالَ الْقُشَيْرِيُ : أَصْلُ الْمُجَاهَدَةِ فَطْمُ النَّفْسِ عَنِ الْمَأْلُوفَاتِ، وَحَمْلُهَا عَلَى خِلَافِ هَوَاهَا فِي عُمُومِ الْأَوْقَاتِ.

 

 

 

Note:

 

 

Dalil-dalil terkait:

1.    Menjaga Perintah Syariat:

QS. Al-Baqarah (2): 208


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia adalah musuh yang nyata bagimu."

 

2.    Ridha terhadap takdir (qadha dan qadar):

QS. At-Taubah (9): 51


قُل لَّن يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ

"Katakanlah, tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang beriman bertawakal."

 

3.    Mengorbankan Keinginan Diri Demi Ridha Allah:

Hadis Nabi SAW.


مَنِ الْتَمَسَ رِضَى اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ، كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ

"Barang siapa yang mencari ridha Allah dengan kemarahan manusia, maka Allah akan mencukupkan keperluannya dari manusia." (HR. Tirmidzi).

 

 

Kesimpulan:

Ubudiyah (penghambaan) sejati kepada Allah terdiri dari tiga aspek utama:

  1. Menjaga perintah syariat: Seorang hamba wajib mematuhi aturan-aturan Allah yang tertuang dalam syariat. Ini mencakup perintah wajib, sunnah, dan menjauhi larangan.
  2. Ridha terhadap takdir (qadha dan qadar): Menerima dengan ikhlas segala ketetapan Allah, baik yang menyenangkan maupun yang tidak sesuai harapan.
  3. Mengorbankan keinginan diri demi keridhaan Allah: Meninggalkan keinginan dan kepentingan pribadi demi menggapai keridhaan Allah adalah tanda ketulusan ibadah.

Saran:

  1. Menguatkan keimanan: Penting bagi seorang Muslim untuk selalu memperkuat keyakinan kepada Allah dan mempercayai bahwa setiap aturan-Nya adalah yang terbaik.
  2. Latih diri dalam kesabaran dan ketawakkalan: Saat menghadapi ujian kehidupan, latihlah diri untuk menerima takdir dengan lapang dada dan selalu percaya bahwa segala sesuatu yang Allah tentukan memiliki hikmah.
  3. Utamakan keridhaan Allah: Dalam setiap tindakan, pastikan selalu bahwa niat utamanya adalah demi meraih ridha Allah, meskipun itu harus mengorbankan keinginan atau kesenangan pribadi.

Harapan:

Semoga setiap Muslim dapat menjalankan ubudiyah ini dengan sempurna, sehingga hidupnya diberkahi dan diridhai oleh Allah. Dengan istiqamah menjaga syariat, menerima qadha dan qadar, serta selalu mendahulukan Allah di atas segalanya, semoga Allah memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh dan bertakwa.

 

 

 

*Di sampaikan pada Kajian rutin MATAWALI malm jemah legi 14 Nov. 2024