Rabu, 09 Oktober 2024

17. Nasihat Ketujuhbelas: Intisari Ilmu Tasawuf || Kajian Ayyuhal Walad || Rutinan Malam Jemah Legi

17. Nasihat Ketujuhbelas:  Intisari Ilmu Tasawuf

Kemudian ketahuilah bahwa tasawuf memiliki 2 karakter, yaitu istiqomah terhadap Allah Yang Maha Luhur dan tenang (tentram) dari makhluk. Lalu barang siapa yang beristiqomah terhadap Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, memperbaiki akhlaqnya terhadap manusia, dan berinteraksi dengan mereka, maka dia adalah seorang sufi. Istiqomah adalah apabila seseorang menebus jatah dirinya sendiri (mengorbankan kepentingan diri sendiri) untuk melakukan perintah Allah Yang Maha Luhur. Berakhlaq yang baik terhadap manusia adalah apabila kamu tidak membawa (memaksa) manusia pada keinginan dirimu sendiri, tetapi membawa dirimu pada keinginan mereka selama mereka tidak bertentangan dengan syariat.

 

ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ التَّصَوُّفَ لَهُ خَصْلَتَانِ : الْإِسْتِقَامَةُ مَعَ اللّٰهِ تَعَالٰى وَالسُّكُوْنُ عَنِ الخَلْقِ، فَمَنْ اسْتَقَامَ مَعَ اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَأَحْسَنَ خُلُقَهُ مَعَ النَّاسِ وَعَامَلَهُمْ بِالْحِلْمِ فَهُوَ صُوْفِيٌّ، وَالْإِسْتِقَامَةُ أَنْ يَفْدِيَ حَظَّ نَفْسِهِ عَلٰى أَمْرِ اللّٰهِ تَعَالٰى، وَحُسْنُ الْخُلُقِ مَعَ النَّاسِ أَنْ لَا تَحْمِلَ النَّاسَ عَلٰى مُرَادِ نَفْسِكَ بَلْ تَحْمِلَ نَفْسَكَ عَلٰى مُرَادِهِمْ مَا لَمْ يُخَالِفُوْا الشَّرْعَ

 

 

 

Note:

1.      Al-Qur'an:

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah,' kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah), maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.'" (QS. Fussilat: 30)

 

1.     Al-Qur'an (QS. Fussilat: 30):

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

 

 

 

2.      Hadis:

Rasulullah SAW bersabda: "Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah kejahatan dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapuskannya, serta bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik." (HR. Tirmidzi)

 

2.      Hadis (HR. Tirmidzi):

 

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

 

Kesimpulan:

1.     Dengan landasan dalil ini, ilmu tasawuf yang ditekankan dalam materi mencakup aspek spiritual dan sosial yang sama-sama penting untuk diraih oleh seorang Muslim.

 

2.     Materi ini menegaskan bahwa inti dari ilmu tasawuf terletak pada dua hal utama: istiqomah kepada Allah dan ketentraman dari makhluk. Istiqomah berarti keteguhan dalam menaati perintah Allah, meskipun harus mengorbankan kepentingan pribadi. Sementara itu, ketenangan dari makhluk berarti seseorang tidak memaksa orang lain mengikuti kehendaknya, tetapi berusaha memahami dan memenuhi keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan syariat. Dengan demikian, seorang sufi adalah orang yang teguh dalam ketaatan kepada Allah dan berakhlak baik dalam interaksi dengan sesama manusia.

Saran:

1.     Tingkatkan keistiqamahan: Hendaknya kita terus memperkuat keteguhan dalam menjalankan perintah Allah, dengan mengutamakan perintah-Nya di atas kepentingan pribadi.

2.     Perbaiki akhlak terhadap sesama: Bersikap sabar dan lembut dalam berinteraksi dengan orang lain, serta menghindari paksaan kehendak pribadi terhadap mereka, selama tidak bertentangan dengan syariat.

3.     Latih ketenangan jiwa: Menjaga hati dari gangguan emosi atau keinginan untuk mengontrol orang lain, demi terciptanya hubungan yang harmonis dengan sesama.

Harapan:

Harapannya, kita bisa menjadi pribadi yang lebih istiqomah dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan memiliki akhlak mulia dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan begitu, kita dapat mencapai ketenangan batin dan kehidupan yang lebih berkah.

 

Kisah Hikmah Dari Para Ulama Besar

Berikut beberapa kisah hikmah dari para ulama besar seperti Imam Al-Ghazali, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, dan Imam Al-Junaidi yang relevan dengan konsep istiqomah kepada Allah dan berakhlak baik kepada sesama dalam ilmu tasawuf:

1. Imam Al-GhazaliIstiqomah dalam Mencari Kebenaran

Imam Al-Ghazali dikenal dengan perjalanan spiritualnya yang penuh pencarian. Setelah menjadi seorang ulama besar yang dikenal dunia, Al-Ghazali meninggalkan jabatannya sebagai profesor di Madrasah Nizhamiyah, merasa bahwa ilmu yang dia ajarkan belum mengantarkannya pada kedekatan sejati dengan Allah. Dia kemudian mengasingkan diri untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, mujahadah, dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun, dia menemukan ketenangan dalam kesederhanaan dan keikhlasan, serta kembali ke masyarakat untuk mengajarkan ilmu dengan penuh kebijaksanaan.

Hikmah: Kisah Al-Ghazali ini mengajarkan pentingnya istiqomah dalam mencari ridha Allah meskipun harus mengorbankan hal-hal duniawi, seperti status sosial dan jabatan. Sejalan dengan materi, Imam Al-Ghazali juga mengutamakan ketenangan hati dan akhlak yang baik dalam hubungan dengan Allah dan manusia.

2. Syekh Abdul Qadir Al-JailaniMengutamakan Ketaatan dan Kesabaran

Suatu hari, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani sedang bepergian dengan murid-muridnya. Di tengah perjalanan, mereka kehabisan makanan dan minuman. Para murid mulai mengeluh karena lapar dan haus. Abdul Qadir tetap tenang dan menasihati murid-muridnya agar bersabar, karena Allah akan mencukupi kebutuhan mereka. Tidak lama kemudian, datang seseorang yang membawa makanan dan minuman untuk mereka. Syekh Abdul Qadir berkata kepada murid-muridnya, "Lihatlah, ketika kita tetap bersabar dan istiqomah dalam menghadapi ujian, Allah memberikan pertolongan-Nya tepat pada waktunya."

Hikmah: Kisah ini menunjukkan istiqomah dalam menghadapi ujian dan cobaan, serta pentingnya kesabaran. Ini relevan dengan ajaran tasawuf yang mengutamakan ketenangan dan tidak tergesa-gesa dalam menghadapi ujian, serta menjaga akhlak dan sikap baik terhadap sesama.

3. Imam Al-JunaidiKetenangan dalam Menghadapi Makhluk

Imam Al-Junaidi adalah salah satu tokoh besar tasawuf yang menekankan pentingnya kesabaran dan kerendahan hati. Suatu ketika, ada seorang murid yang bertanya kepada beliau tentang makna tasawuf. Imam Al-Junaidi menjawab, "Tasawuf adalah bahwa engkau tidak membawa manusia pada keinginanmu, tetapi membawa dirimu pada keinginan mereka selama itu tidak melanggar syariat." Beliau menambahkan bahwa seorang sufi sejati adalah mereka yang dapat tetap tenang dalam menghadapi orang lain, bahkan dalam situasi yang sulit, dan tidak mengharapkan apa-apa dari manusia, melainkan hanya dari Allah.

Hikmah: Pelajaran dari Imam Al-Junaidi ini sangat relevan dengan materi tentang tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, tetapi menyesuaikan diri dengan keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan syariat. Ini menunjukkan pentingnya keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia.

Ketiga kisah ini memperkuat prinsip tasawuf yang menekankan istiqomah kepada Allah dan kebaikan akhlak terhadap sesama.