Senin, 14 Oktober 2024

Maqolah yang kesembilan (dari) Sufyan ats-Tsauri rahimahullah || Nashoihul Ibad

MAQOLAH YANG KESEMBILAN

 

(وَ)الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ

"Dan Maqolah (perkataan) yang kesembilan (dari) Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, yaitu beliau adalah guru dari Imam Malik: 'Setiap kemaksiatan itu' berawal 'dari syahwat', yaitu keinginan jiwa terhadap sesuatu, 'maka sesungguhnya diharapkan ampunan untuknya', yaitu kemaksiatan itu. 'Dan setiap kemaksiatan' berawal 'dari kesombongan', yaitu klaim akan keunggulan, 'maka sesungguhnya tidak diharapkan ampunan untuknya, karena kemaksiatan Iblis asalnya' yaitu kemaksiatan itu 'dari kesombongan'. Dia mengklaim bahwa dirinya lebih baik dari Nabi Adam alaihissalam. 'Dan' karena 'kesalahan' Nabi Adam alaihissalam 'asalnya dari syahwat', disebabkan keinginannya untuk mencicipi buah pohon yang dilarang'."

 

(وَ)الْمَقَالَةُ التَّاسِعَةُ (عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ) وَهُوَ شَيْخُ الإِمَامِ مَالِك (كُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَاشِئَةٌ (عَنْ شَهْوَةٍ) أَيِ اشْتِيَاقِ النَّفْسِ إِلَى شَيْءٍ (فَإِنَّهُ يُرْجَى غُفْرَانُهَا) أَيِ الْمَعْصِيَةِ (وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ) نَشَأَتْ (عَنْ كِبْرٍ) أَيْ دَعْوَى الْفَضْلِ (فَإِنَّهُ لَا يُرْجَى غُفْرَانُهَا لِأَنَّ مَعْصِيَةَ إِبْلِيسَ كَانَ أَصْلُهَا) أَيِ الْمَعْصِيَةِ (مِنَ الْكِبْرِ) يَزْعُمُ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنْ سَيِّدِنَا آدَمَ (وَ) لِأَنَّ (زَلَّةَ) سَيِّدِنَا (آدَمَ) عَلَيْهِ السَّلَامُ (كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ) بِسَبَبِ اشْتِيَاقِهِ إِلَى ذَوْقِ ثَمَرَةِ شَجَرَةِ الشَّهْوَةِ الْمَنْهِيِّ عَنْهَا.

 

 

 

Penjelasan Singkat

Intinya, hadits ini menjelaskan dua akar utama dari kemaksiatan:

  1. Syahwat (keinginan): Keinginan yang berlebihan terhadap sesuatu duniawi dapat mendorong seseorang melakukan perbuatan maksiat.
  2. Kibr (kesombongan): Merasa lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain, termasuk merasa lebih baik dari Allah, dapat menyebabkan seseorang melakukan perbuatan maksiat.

Hadits ini juga membandingkan dosa Adam dan Iblis:

  • Dosa Adam: Berasal dari syahwat (keinginan untuk memakan buah khuldi).
  • Dosa Iblis: Berasal dari kibr (merasa lebih baik dari Adam).

Kesimpulan:

Hadits ini menyadarkan kita bahwa kita harus selalu berhati-hati terhadap godaan syahwat dan kesombongan. Kedua sifat ini jika tidak dikendalikan dapat membawa kita pada perbuatan maksiat dan jauh dari rahmat Allah.

 

الخُلاصة:

يُلَخِّصُ هَذَا الْحَدِيثُ أُصُولَ الْمَعَاصِي فِي أَمْرَيْنِ جَوْهَرِيَّيْنِ:

  1. الشَّهْوَة: وهي الرَّغْبَةُ الْمُفْرَطَةُ فِي الْمَلَّذَّاتِ الدُّنْيَوِيَّةِ، الَّتِي تُدْفَعُ بِالْفَرْدِ إِلَى ارتِكَابِ الْمُنكَرَاتِ.
  2. الْكِبْر: وهو الْعِتْقَادُ بِالنَّفْسِ الزَّائِدِ عَنِ الْحَدِّ، والاعتقاد بِفَضْلِ الذَّاتِ عَلَى الْآخَرِينَ، بِمَا فِي ذَلِكَ اللَّهُ تَعَالَى، مِمَّا يُؤَدِّي إِلَى الْمَعَاصِي.

ويُقَارِنُ الْحَدِيثُ بَيْنَ ذَنْبِ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَذَنْبِ إِبْلِيسَ اللَّعِينِ، فَالأَوَّلُ نَابِعٌ مِنَ الشَّهْوَةِ، والثَّانِي مِنَ الْكِبْرِ.

الِاسْتِنْتَاج:

يَحْذِرُنَا هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ مَغْبَةِ الانْقِيَادِ لِلشَّهْوَةِ وَالْكِبْرِ، إِذْ أَنَّهُمَا مِنْ أَسْبَابِ الْوُقُوعِ فِي الْمَعَاصِي وَالْبُعْدِ عَنِ اللَّهِ تَعَالَى.

 

 

 

Intinya, maqolah ini memberikan kita pemahaman mendalam tentang akar penyebab kemaksiatan.

Maqolah ini mengajarkan kita bahwa:

  • Setiap perbuatan maksiat memiliki akar penyebab. Entah itu dari syahwat (keinginan duniawi yang berlebihan) atau dari kibr (kesombongan).
  • Syahwat dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan maksiat karena tergiur oleh kenikmatan duniawi.
  • Kibr atau kesombongan membuat seseorang merasa lebih tinggi dari orang lain, sehingga ia berani melanggar aturan Allah.

Perbandingan Dosa Adam dan Iblis:

Hadits ini juga membandingkan dosa yang dilakukan oleh Nabi Adam dan Iblis. Keduanya melakukan kesalahan, namun dengan motif yang berbeda:

  • Nabi Adam: Tergoda oleh syahwat (ingin memakan buah khuldi).
  • Iblis: Terdorong oleh kibr (tidak mau sujud kepada Adam).

Mengapa penting memahami hadits ini?

Dengan memahami hadits ini, kita dapat:

  • Lebih waspada terhadap godaan syahwat dan kibr.
  • Menjaga hati agar selalu rendah hati dan tidak sombong.
  • Menghindari perbuatan maksiat yang dapat merusak diri sendiri dan orang lain.
  • Menyadari bahwa setiap perbuatan kita memiliki konsekuensi.

 

الخُلَاصَة:

يُعْطِينَا هَذَا الْقَوْلُ فَهْمًا وَاسِعًا لِأَصُولِ الْمَعَاصِي.

يُعَلِّمُنَا هَذَا الْقَوْلُ أَنَّ:

  • كُلَّ مَعْصِيَةٍ لَهَا أَصْلٌ، إِمَّا مِنَ الشَّهْوَةِ (الرَّغْبَةِ الشَّدِيدَةِ فِي مَتَعِ الدُّنْيَا) أَوْ مِنَ الْكِبْرِ (الِاعْتِقَادِ بِأَنَّهُ أَفْضَلُ مِنَ الْآخَرِينَ).
  • تُدْفَعُ الشَّهْوَةُ بِالشَّخْصِ إِلَى ارتِكَابِ الْمَعَاصِي لِأَنَّهُ يُغْرَى بِمَتَعِ الدُّنْيَا.
  • يَجْعَلُ الْكِبْرُ الشَّخْصَ يَحْسَبُ نَفْسَهُ أَعْلَى مِنْ غَيْرِهِ، فَيَتَجَرَّأُ عَلَى مُخَالَفَةِ أَمْرِ اللَّهِ.

مُقَارَنَةٌ بَيْنَ ذَنْبِ آدَمَ وَإِبْلِيس:

يُقَارِنُ هَذَا الْقَوْلُ بَيْنَ الذَّنْبِ الَّذِي ارتَكَبَهُ آدَمُ وَإِبْلِيس، فَقَدْ أَذْنَبَا كِلَاهُمَا لَكِنْ بِدَوَاعٍ مُخْتَلِفَةٍ:

  • آدَمُ: غُوِيَ بِالشَّهْوَةِ (أَرَادَ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ ثَمَرَةِ الشَّجَرَةِ المُحَرَّمَةِ).
  • إِبْلِيسُ: دُفِعَ بِالْكِبْرِ (رَفَضَ أَنْ يَسْجُدَ لِآدَمَ).

لِمَ هُوَ مُهِمٌّ أَنْ نَفْهَمَ هَذَا الْقَوْلَ؟

بِفَهْمِ هَذَا الْقَوْلِ نَسْتَطِيعُ أَنْ:

  • نَحْذَرَ مِنْ فِتْنَةِ الشَّهْوَةِ وَالْكِبْرِ.
  • نَحْفَظَ قُلُوبَنَا عَلَى التَّوَاضُعِ وَالِانْخِفَاضِ.
  • نَتَجَنَّبَ الْمَعَاصِي الَّتِي تُدَمِّرُ النَّفْسَ وَالْآخَرِينَ.
  • نُدْرِكَ أَنَّ كُلَّ عَمَلٍ لَهُ عَقِبَةٌ.