Selasa, 08 Oktober 2024

Bab Ketujuh Belas, Menerangkan Tentang Keutamaan Shodaqoh

Lihat Video Di Sini
Nabi Muhammad SAW bersabda :
الصَّدَقَةُ تَدْفَعُ مِيْتَةَ السُّوْءِ
“Shodaqoh bisa menolak mati buruk (mati dalam keadaan su'ul khatimah)”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

صَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ وَصَدَقَةُ الْعَلَانِيَةِ جُنَّةٌ مِنَ النَّارِ
“Shodaqoh siiri (secara rahasia) bisa memadamkan murka Tuhan, dan shodaqoh secara terang-terangan adalah perisai dari neraka”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

الصَّدَقَةُ تَسُدُّ سَبْعِيْنَ بَابًا مِنَ السُّوْءِ
“Shodaqoh bisa membuntu (menutup) 70 pintu keburukan”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

اِتَّقُوْا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَاِنْ لَمْ تَجِدُوْا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Takutlah neraka meskipun (bershodaqoh) dengan sepotong kurma, kemudian jika kamu sekalian tidak mendapati (sepotong kurma), maka (beshodaqohlah) dengan kalimat yang baik”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
لاَ تَسْتَحيُوا مِنْ إعطَاءِ القَلِيلِ، فَإنَّ الحِرْمَانَ أَقَلُّ مِنْهُ
“Janganlah kalian merasa malu dengan pemberian yang sedikit, karena sesungguhnya tidak memberi itu lebih sedikit (tidak lebih mulia) daripadanya (daripada memberi sedikit)”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
مَنْ نَهَرَ سَائِلاً نَهَرَتْهُ الْمَلَائِكَةُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa membentak pengemis maka para malaikat akan membentaknya di hari kiamat”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
مَهْرُ الْحُوْرِ الْعِيْنِ قَبْضَةُ التَّمْرِ وَفَلْقُ الْخُبْزِ
“Maharnya (mas kawin) bidadari adalah segenggam kurma dan sepotong roti (1)”.

Catatan (1) :
Maksud hadist di atas adalah balasan bagi orang yang bershodaqoh meskipun hanya dengan segenggam kurma dan sepotong roti adalah bidadari surga.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
مَا نَقَصَ مَالٌ مِنْ صَدَقَةٍ
“Tidaklah berkurang harta karena shodaqoh”

Nabi Muhammad SAW bersabda :

الصَّدَقَةُ شَيْءٌ عَظِيمٌ، قَالَهَا ثَلَاثًا
“Shodaqoh adalah sesuatu yang agung”, Beliau (Nabi Muhammad SAW) mengatakan itu sebanyak 3 kali.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

الصَّدَقَةُ تَرُدُّ البَلاَء وَتُطَوِّلُ العُمْرَ
“Shodaqoh bisa menolak bala’ dan memanjangkan umur (2)”.

Catatan (2) :
Dalam Kitab Tanqihul Qoul, maksud "memanjangkan umur" adalah menjadikan umur berkah dan bertambahnya ketaatan kepada Allah SWT.

=====================================================================

Kesimpulan: Hadits-hadits di atas menekankan pentingnya shodaqoh (sedekah) dalam Islam sebagai amal yang memiliki manfaat spiritual dan sosial. Shodaqoh tidak hanya berfungsi sebagai sarana membantu sesama, tetapi juga sebagai pelindung dari berbagai keburukan, memadamkan murka Allah, dan menjadi penyelamat dari siksa neraka. Nabi Muhammad SAW juga menegaskan bahwa pemberian, sekecil apapun, tetap bernilai besar di sisi Allah, dan harta tidak akan berkurang karena bersedekah. Bahkan, shodaqoh dapat menolak bala, memperpanjang umur yang penuh berkah, dan menjadi mahar surga.

Saran:

  1. Rutin Bersedekah: Amalkan shodaqoh, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, sesuai dengan kemampuan, karena sekecil apapun pemberian tetap bernilai di hadapan Allah.
  2. Berbuat Baik dengan Ucapan: Jika tidak mampu bersedekah dengan materi, berikan kebaikan dengan ucapan yang baik, karena itu juga merupakan bagian dari sedekah.
  3. Jangan Takut Kehilangan Harta: Yakinlah bahwa bersedekah tidak akan mengurangi harta, tetapi justru membawa keberkahan.
  4. Menghindari Sikap Kasar: Jangan membentak atau mengabaikan orang yang membutuhkan, karena sikap tersebut akan mendapat balasan dari para malaikat di hari kiamat.

Harapan: Semoga umat Islam semakin memahami keutamaan shodaqoh dan senantiasa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terhindar dari keburukan dunia dan akhirat. Dengan memperbanyak shodaqoh, diharapkan semakin banyak pintu rezeki dan keberkahan yang terbuka, serta membawa kedamaian bagi sesama. Shodaqoh menjadi jalan untuk meraih ridho Allah dan kenikmatan surga di akhirat kelak.

Berikut adalah kisah hikmah dari para ulama terkait dengan keutamaan shodaqoh, yang menggambarkan teladan mereka dalam mengamalkan nilai-nilai yang terdapat dalam hadits-hadits di atas.

1. Imam Al-Ghazali dan Sedekah yang Ikhlas

Imam Al-Ghazali, seorang ulama besar yang dikenal dengan karya-karya tasawuf dan etika Islam, mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam bersedekah. Suatu hari, beliau pernah melihat seorang pria yang bersedekah namun dengan maksud riya' (pamer). Imam Al-Ghazali mengingatkan bahwa sedekah yang dilakukan dengan niat selain karena Allah, seperti ingin dilihat orang lain atau mencari pujian, tidak akan mendatangkan keberkahan.

Beliau menekankan, "Janganlah engkau memberi dengan hati yang ingin mendapat pujian dari makhluk. Berilah untuk Allah semata, karena hanya Dia yang dapat memberikan balasan yang hakiki."

Kisah ini mengajarkan bahwa sedekah harus dilakukan dengan niat yang lurus dan tulus kepada Allah SWT, sesuai dengan hadits Nabi yang menyatakan bahwa sedekah secara rahasia dapat memadamkan murka Allah.

2. Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dan Kepedulian Sosial

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang wali besar dan pendiri tarekat Qadiriyah, dikenal karena kepeduliannya yang mendalam terhadap fakir miskin. Suatu ketika, dalam sebuah majelis, seorang pengemis datang meminta bantuan. Tanpa ragu, Syekh Abdul Qadir segera memberi semua yang ada padanya, bahkan meski ia hanya memiliki sedikit saat itu.

Ketika ditanya oleh murid-muridnya mengapa beliau begitu mudah memberi, beliau menjawab, "Aku memberi karena aku takut jika aku menolak orang yang membutuhkan, Allah akan menolak kebutuhanku di hari kiamat."

Kisah ini sangat relevan dengan hadits Nabi yang menyatakan bahwa siapa yang membentak pengemis, maka malaikat akan membentaknya pada hari kiamat. Syekh Abdul Qadir memberi contoh nyata tentang bagaimana seorang muslim seharusnya merespon orang-orang yang membutuhkan dengan kedermawanan dan kasih sayang.

3. Imam Asy-Syafi'i dan Kesederhanaan dalam Bersedekah

Imam Asy-Syafi'i, seorang ulama besar dalam ilmu fikih, memiliki kehidupan yang sederhana meskipun beliau terkenal dan memiliki banyak murid. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, beliau tetap gemar bersedekah. Dikisahkan, suatu ketika, seorang fakir datang kepadanya. Imam Asy-Syafi'i saat itu hanya memiliki beberapa dirham yang sangat sedikit, namun beliau tetap memberikan semuanya kepada fakir tersebut.

Ketika murid-muridnya heran, beliau berkata, "Sesungguhnya, apa yang kita berikan akan kembali kepada kita dengan keberkahan. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya kekurangan karena bersedekah."

Ini sejalan dengan hadits Nabi yang mengatakan bahwa harta tidak akan berkurang karena sedekah. Imam Asy-Syafi'i menunjukkan bahwa memberi, meskipun sedikit, tetap memiliki nilai yang besar di mata Allah.

Hikmah dari Kisah-Kisah Ulama:

  • Keikhlasan dalam Bersedekah: Seperti yang diajarkan oleh Imam Al-Ghazali, sedekah harus dilakukan dengan niat yang tulus hanya untuk Allah.
  • Kepedulian Sosial: Seperti yang dicontohkan oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang muslim harus selalu siap membantu orang yang membutuhkan dengan penuh kasih sayang.
  • Kesederhanaan dalam Memberi: Imam Asy-Syafi'i mengajarkan bahwa meskipun kita memiliki sedikit, memberi kepada yang membutuhkan tetap akan mendatangkan keberkahan dalam hidup.

Semoga kisah-kisah ini menginspirasi kita untuk lebih rajin bersedekah dan meneladani para ulama dalam amalan shodaqoh yang ikhlas dan penuh kasih.