Selasa, 08 Oktober 2024

Bab Kedelapan Belas, Menerangkan Tentang Keutamaan Ucapan Salam


Lihat Video Di Sini


Nabi Muhammad SAW bersabda :
السَّلَامُ قَبْلَ الْكَلاَمِ
“Ucapan salam itu sebelum berbicara”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :

مَنْ بَدَأَ بِالْكَلَامِ قَبْلَ السَّلَامِ فَلَا تُجِيْبُوْهُ
“Barang siapa mengawali dengan pembicaraan sebelum ucapan salam maka janganlah kalian menjawabnya (1)”.

Catatan (1) :
Jangan memaknai hadist secara tekstual, bukan berarti kita tidak harus menjawab salam yang didahului pembicaraan. Dalam Kitab Tanqihul Qoul oleh Imam Nawawi Al-Banteni, maksud hadist ini adalah seruan akan pentingnya salam dan kecaman bagi yang meninggalkan salam.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
مَنْ بَدَأَ بِالسَّلَامِ فَهُوَ أَوْلَى بِاللهِ وَرَسُوْلِهِ
“Barang siapa mengawali dengan ucapan salam, maka dia lebih berhak atas Allah dan rosul-Nya (3)”.

Catatan (3) :
Dalam Kitab Tanqihul Qoul oleh Imam Nawawi Al-Banteni, maksudanya adalah lebih berhak atas rasa aman dan kesejahteraan dari Allah SWT dan Rosulullah SAW, karena makna salam sendiri adalah sejahtera dan aman.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
السَّلَامُ مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ تَعَالٰى وَضَعَهُ اللهُ فِي الأَرْضِ فَأَفْشُوْهُ بَيْنَكُمْ، فَإِنَّ الرَّجُلَ الْمُسْلِمَ إِذَا مَرَّ بِقَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ فَرَدُّوْا عَلَيْهِ كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ فَضْلُ دَرَجَةٍ بِتَذْكِيْرِهِ إيَّاهُمُ السَّلَامَ، فَإِنْ لَمْ يَرُدُّوْا عَلَيْهِ رَدَّ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَأَطْيَبُ
“Salam itu berasal dari asma-asma (nama-nama) Allah yang Maha Luhur yang mana Allah meletakkannya di bumi, maka budayakanlah salam di antara kalian. Karena sesungguhnya seorang muslim yang berjalan melewati kaum kemudian dia mengucapkan salam kepada mereka dan mereka menjawab salam kepadanya, maka baginya atas mereka adalah anugerah derajat karena dia mengingatkan mereka dengan ucapan salam, jika mereka tidak menjawab salam kepadanya maka orang yang lebih baik dan lebih bagus dari mereka menjawab salam kepadanya (4)”.

Catatan (4) :
Dalam Kitab Tanqihul Qoul oleh Imam Nawawi Al-Banteni, maksud “orang yang lebih baik dan lebih bagus” adalah para malaikat yang mulia, karena jawaban malaikat tertentu lebih utama daripada jawaban manusia yang awam.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِاللهِ مَنْ بَدَأَهُمْ بِالسَّلَامِ
“Sesungguhnya manusia yang lebih berhak atas (kesejahteraan) Allah adalah orang yang mengawali salam kepada mereka”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
رَأْسُ التَّوَاضُعِ الْاِبْتِدَاءُ بِالسَّلَامِ
“Pokok dari sifat tawadlu’ adalah mengawali dengan ucapan salam”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
إِذَا الْتَقَى الْمُسْلِمَانِ أَقْرَبُهُمَا إِلَى اللهِ تَعَالٰى مَنْ بَدَأَ بِالسَّلَامِ
“Tatkala 2 orang muslim bertemu, maka yang paling dekat dari keduanya kepada Allah yang Maha Luhur adalah orang yang memulai ucapan salam”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
إِذَا دَخَلْتُمْ فِي مَجْلِسٍ فَسَلِّمُوْا وَإِذَا خَرَجْتُمْ فَسَلِّمُوْا
“Tatkala kalian masuk dalam suatu majlis maka ucapkanlah salam, tatkala kalian keluar maka ucapkanlah salam”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
أَبْخَلُ النَّاسِ مَنْ بَخِلَ بِالسَّلَامِ
“Manusia yang paling kikir adalah orang yang kikir dengan ucapan salam”.

Nabi Muhammad SAW bersabda :
السَّلَامُ تَحِيَّةٌ لِمِلَّتِنَا وَأَمَانٌ لِذِمَّتِنَا
“Ucapan salam adalah penghormatan bagi agama kita dan kemananan (perlindungan) bagi kehormatan kita”.

Allah yang Maha Luhur berfirman (Surat An-Nisa' ayat 86) :
وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوْهَا
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). (Surat An-Nisa' ayat 86)".
===============================================

Kesimpulan:

Bab ini menegaskan pentingnya mengucapkan salam dalam interaksi sosial sebagai bentuk penghormatan, kesejahteraan, dan keamanan. Ucapan salam adalah salah satu ajaran utama dalam Islam, sebagaimana ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW dalam banyak hadis. Memulai percakapan dengan salam menunjukkan kebaikan, tawadhu' (rendah hati), dan rasa tanggung jawab terhadap sesama muslim. Hadis-hadis ini mengingatkan kita akan keutamaan salam, bahwa orang yang mengucapkan salam lebih dekat kepada Allah, mendapatkan balasan malaikat jika tidak dijawab oleh manusia, dan merupakan cerminan penghormatan kepada agama serta keamanan bagi kehormatan diri.

Saran:

  1. Biasakan memulai percakapan atau pertemuan dengan ucapan salam untuk menunjukkan sikap rendah hati dan menghargai orang lain.
  2. Jika seseorang memberikan salam, balaslah dengan yang lebih baik, seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur'an (An-Nisa' 86).
  3. Jadikan ucapan salam sebagai bagian dari budaya sehari-hari dalam berinteraksi dengan orang lain, baik ketika bertemu maupun saat berpisah, di tempat umum maupun pribadi.

Harapan:

Diharapkan umat Islam dapat lebih memahami dan mempraktikkan keutamaan salam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menyebarkan salam, bukan hanya akan terjalin kedamaian dan kesejahteraan di antara sesama, tetapi juga akan memperkuat ikatan sosial, memperdalam rasa persaudaraan, dan mendapatkan ridha serta keberkahan dari Allah SWT. Semoga salam dapat menjadi jembatan dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan damai.


Berikut adalah kisah hikmah dari tiga ulama besar—Al-Ghazali, Al-Jailani, dan Imam Asy-Syafi’i—yang berkaitan dengan pentingnya ucapan salam dalam Islam:

1. Imam Al-Ghazali dan Makna Salam sebagai Kesejahteraan

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin sering menekankan pentingnya adab dan tata krama dalam Islam, termasuk ucapan salam. Dalam salah satu kisahnya, diceritakan bahwa Al-Ghazali pernah berjalan di pasar dan mendapati banyak orang yang saling berbicara tanpa memulai dengan salam. Beliau kemudian mendekati sekelompok orang dan mengingatkan mereka, "Salam adalah wujud dari keamanan dan doa untuk kesejahteraan, kalian meninggalkannya, seakan lupa pada nikmat Allah yang paling sederhana ini." Dari kisah ini, Al-Ghazali mengajarkan bahwa ucapan salam bukan hanya sekadar sapaan, tetapi juga doa dan peringatan akan hakikat kedamaian yang harus disebarkan di antara umat Islam.

2. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani dan Keutamaan Memulai Salam

Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, seorang ulama besar dari Baghdad, dikenal sangat mementingkan akhlak dalam setiap interaksinya. Dikisahkan, suatu hari beliau sedang berjalan melewati sekelompok muridnya yang sedang asyik berbicara. Ketika beliau menyapa dengan salam, hanya sebagian yang menjawab salamnya. Beliau kemudian berkata, “Ketahuilah, ketika kalian mengucapkan salam, malaikat pun ikut menjawab salam kalian. Jangan pernah merasa berat untuk mengucapkan atau menjawab salam, karena ini adalah tanda kebaikan hati dan ketundukan kepada Allah." Kisah ini mengajarkan bahwa memulai dan menjawab salam bukan hanya interaksi antar manusia, tetapi juga melibatkan malaikat sebagai bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

3. Imam Asy-Syafi’i dan Tawadhu dalam Ucapan Salam

Imam Asy-Syafi’i, seorang pendiri mazhab Syafi’i, dikenal dengan kerendahan hatinya meski memiliki ilmu yang tinggi. Suatu ketika, Imam Asy-Syafi’i berkunjung ke pasar dan mengucapkan salam kepada setiap orang yang ditemuinya, baik orang kaya maupun fakir, tua maupun muda. Murid-muridnya terheran-heran dan bertanya, “Wahai Imam, mengapa engkau begitu rajin memberi salam kepada semua orang, padahal mereka mungkin tidak mengenalmu?” Imam Asy-Syafi’i menjawab, “Aku memulai dengan salam karena itulah bentuk tawadhu dan perintah Rasulullah SAW. Allah mencintai orang-orang yang rendah hati, dan tidak ada kebanggaan yang lebih besar selain dapat mematuhi ajaran Rasulullah dengan mengucapkan salam kepada siapa pun.” Dari kisah ini, kita belajar bahwa kerendahan hati dapat diwujudkan dengan memulai salam, bahkan kepada orang yang mungkin tidak kita kenal atau tidak mengharapkan balasan.

Hikmah dari Ketiga Kisah:

Ketiga kisah ini menekankan pentingnya mengucapkan salam sebagai bagian dari adab dan akhlak mulia. Salam bukan hanya sapaan, tetapi merupakan doa, bentuk tawadhu, dan simbol kesejahteraan yang diinginkan setiap muslim untuk saudaranya. Para ulama ini mencontohkan bahwa ucapan salam harus diutamakan dalam setiap interaksi, karena itu mendekatkan kita kepada Allah, menjalin hubungan harmonis dengan sesama, dan menunjukkan kebaikan hati yang sejati.