Selasa, 03 September 2024

Bab tentang Tanda-Tanda Kebaikan (Part IV) || Wasiyatul Mustofa

Bab tentang Tanda-Tanda Kebaikan (Part IV)

 

فَصْلٌ فِي عَلَامَاتِ الْخَيْرِ

 

 

 

"Dan orang yang bertakwa memiliki tiga tanda: menghindari dusta, menjauhi perbuatan keji, serta tidak berteman dengan orang jahat. Dia meninggalkan sebagian dari yang halal karena takut terjerumus ke dalam yang haram."

 

وَلِلتَّقِيَ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ يَتَّقِي الْكَذِبَ وَالْخَبَثَ وَجَلِيْسَ الشَّرِّ وَيَدَعُ شَطْرَ الْحَلَالِ مَخَافَةَ أَنْ يَقَعَ فِي الْحَرَامِ،

 

 

 

Dari dawuh di atas dapat diambil pelajaran sebagai berikut

1. Menghindari Dusta

Al-Qur'an: Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

QS. Al-Hajj (22): 30

"Jauhilah olehmu perbuatan dusta (perkataan-perkataan yang tidak benar)..."

 

QS. An-Nur (24): 51

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, ialah ucapan, 'Kami mendengar, dan kami taat'. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."

 

Hadits: Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Kalam Hikmah: Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin menyebutkan, "Hati orang yang bertakwa dipenuhi dengan kecintaan kepada Allah sehingga ia tidak menginginkan dusta. Sebab, dusta adalah penyakit hati yang muncul karena lemahnya iman."

 

١. تَجَنُّبُ الْكَذِبِ

القرآن الكريم: قال الله تعالى:

سورة الحج (٢٢): ٣٠

"فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ..."

 

سورة النور (٢٤): ٥١

"إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ"

 

الحديث النبوي: قال رسول الله ﷺ:

"إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا. وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ." (رواه البخاري ومسلم)

 

كلام الحكمة: قال الإمام الغزالي في إحياء علوم الدين: "قَلْبُ الْمُتَّقِي مَمْلُوءٌ بِمَحَبَّةِ اللَّهِ، فَلَا يَرْغَبُ فِي الْكَذِبِ. لِأَنَّ الْكَذِبَ دَاءُ الْقَلْبِ يَظْهَرُ مِنْ ضَعْفِ الْإِيمَانِ."

 

 

 

 

2. Menjauhi Perbuatan Keji

Al-Qur'an: Allah SWT berfirman:

 

QS. Al-Ankabut (29): 45

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar..."

 

Hadits: Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya Allah mencintai orang yang kuat dalam meninggalkan dosa dan tidak tergoda oleh perbuatan keji." (HR. Bukhari)

 

Kalam Hikmah: Abu Yazid Al-Bustami berkata, "Keutamaan seorang hamba terletak pada kemampuannya menjauhi kejahatan dan memperbanyak amal kebaikan. Perbuatan keji adalah penghalang antara seorang hamba dengan Tuhannya."

 

 

٢. تَجَنُّبُ الْخُبْثِ

القرآن الكريم: قال الله تعالى:

سورة العنكبوت (٢٩): ٤٥

"إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ..."

 

الحديث النبوي: قال رسول الله ﷺ:

"إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْقَوِيَّ فِي تَرْكِ الْخَطِيئَةِ وَلَا يُغْرَى بِالْفَاحِشَةِ." (رواه البخاري)

 

كلام الحكمة: قال أبو يزيد البسطامي: "فَضْلُ الْعَبْدِ فِي قُدْرَتِهِ عَلَى تَجَنُّبِ الشَّرِّ وَكَثْرَةِ الْخَيْرَاتِ. فَالْخُبْثُ حِجَابٌ بَيْنَ الْعَبْدِ وَرَبِّهِ."

 

 

 

 

3. Tidak Berteman dengan Orang Jahat

Al-Qur'an: Allah SWT berfirman:

QS. An-Nisa' (4): 140

"Dan sungguh, Dia telah menurunkan (ketentuan) kepada kamu di dalam Kitab (Al-Qur'an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk bersama mereka, sampai mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (jika kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di dalam neraka Jahannam."

 

Hadits: Rasulullah bersabda:

"Seseorang itu berada di atas agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang menjadi teman dekatnya." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

 

Kalam Hikmah: Al-Junaid Al-Baghdadi berkata, "Barang siapa yang berteman dengan orang-orang yang lalai dari mengingat Allah, maka hatinya akan menjadi gelap. Tetapi barang siapa yang berteman dengan orang-orang yang selalu mengingat Allah, maka hatinya akan menjadi bersih dan terang."

 

٣. عَدَمُ مُصَاحَبَةِ الْأَشْرَارِ

القرآن الكريم: قال الله تعالى:

 

سورة النساء (٤): ١٤٠

"وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي

حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا"

 

الحديث النبوي: قال رسول الله ﷺ:

"الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ." (رواه أبو داود والترمذي)

 

 

كلام الحكمة: قال الجنيد البغدادي: "مَنْ صَاحَبَ أَهْلَ الْغَفْلَةِ عَنِ اللَّهِ، اسْتَظْلَمَ قَلْبُهُ. وَمَنْ صَاحَبَ أَهْلَ الذِّكْرِ لِلَّهِ، تَصَفَّى قَلْبُهُ."

 

 

 

 

4. Meninggalkan Sebagian dari yang Halal karena Takut Terjerumus ke dalam yang Haram

Al-Qur'an: Allah SWT berfirman:

QS. Al-Ma'idah (5): 100

"Katakanlah: 'Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu'."

 

 

Hadits: Rasulullah bersabda:

"Yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas. Di antara keduanya terdapat perkara yang syubhat (samar), yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Barangsiapa menjaga dirinya dari perkara yang syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Kalam Hikmah: Imam Al-Ghazali berkata, "Tinggalkanlah perkara yang meskipun halal, tetapi engkau takut akan melampaui batas ke dalam yang haram. Karena ketakwaan adalah perisai yang menghalangi dari segala yang bisa merusak hubungan dengan Allah."

 

٤. تَرْكُ بَعْضِ الْحَلَالِ خَوْفًا مِنَ الْحَرَامِ

القرآن الكريم: قال الله تعالى:

سورة المائدة (٥): ١٠٠

"قُلْ لَا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ..."

 

الحديث النبوي: قال رسول الله ﷺ:

"الْحَلَالُ بَيِّنٌ، وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ. وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ. فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ." (رواه البخاري ومسلم)

 

 

كلام الحكمة: قال الإمام الغزالي: "اتْرُكِ الْأُمُورَ الْحَلَالَةَ وَإِنْ كَانَتْ حَلَالًا، إِنْ خِفْتَ أَنْ تَجْتَازَ إِلَى الْحَرَامِ. فَالتَّقْوَى هِيَ دِرْعٌ تَحْمِي مِنْ كُلِّ مَا يُفْسِدُ الْعَلَاقَةَ مَعَ اللَّهِ."

 

 

 

 

Dengan demikian, ketakwaan seseorang terletak pada kemampuannya menghindari dusta, menjauhi perbuatan keji, selektif dalam memilih teman, serta berhati-hati dalam memanfaatkan yang halal demi menjaga diri dari yang haram. Inilah ciri-ciri orang bertakwa yang diajarkan oleh Rasulullah dan ditegaskan dalam nasihat-nasihat para ulama.

 

بِهَذَا، فَإِنَّ تَقْوَى الْمُسْلِمِ تَكْمُنُ فِي قُدْرَتِهِ عَلَى تَجَنُّبِ الْكَذِبِ، وَالِابْتِعَادِ عَنْ الْخُبْثِ، وَالِانْتِقَاءِ الدَّقِيقِ فِي اخْتِيَارِ أَصْدِقَائِهِ، وَكَذَلِكَ التَّوَقِّي فِي تَنَاوُلِ الْحَلَالِ حَتَّى لَا يَقَعَ فِي الْحَرَامِ. هَذِهِ هِيَ صِفَاتُ الْمُتَّقِي الَّتِي عَلَّمَنَا إِيَّاهَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَأَكَّدَهَا فِي نَصَائِحِ الْعُلَمَاءِ.