BAB 27 TENTANG KEUTAMAAN SHODAQOH
PART II |
||
|
||
164. Nabi saw, bersabda: "Takutlah kamu semua akan siksa neraka,
sekalipun dengan sebuah kurma. Jika kamu tidak mendapatkan (mempunyai), maka
cukuplah dengan ucapan yang baik." |
|
١٦٤
- وَقَالَ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ :
اتَّقُوا
النَّارَ وَلَوْ
بِشِقِّ
تَمْرَةٍ
فَإِنْ لَمْ
تَجِدُوا
فَبِكَلِمَةٍ
طَيِّبَةٍ . |
|
|
|
165. Nabi saw. bersabda: "Janganlah kamu semua merasa malu
memberikan sedikit, karena sesungguhnya tidak memberi itu adalah lebih
sedikit daripada memberi sedikit. |
|
١٦٥-
وَقَالَ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ :
لَا
تَسْتَحْيُوا
مِنْ
اعْطَاءِ
القَلِيلِ
فَإِنَّ
الحِرْمَانَ
أَقَلُّ
مِنْهُ . |
|
|
|
166. Nabi saw. bersabda: "Barangsiapa yang menghardik (membentak)
peminta-minta, maka para malaikat tentu menghardiknya pada hari Kiamat." |
|
١٦٦
- وَقَالَ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ :
مَنْ نَهَرَ
سَائِلًا
نَهَرَتْهُ
المَلَائِكَةُ
يَوْمَ
القِيَامَةِ
. |
|
|
|
Pembahasan
Hadis 164. Hadis:
Nabi Muhammad saw bersabda: "Takutlah kamu semua akan siksa neraka,
sekalipun dengan sebuah kurma. Jika kamu tidak mendapatkan (mempunyai), maka
cukuplah dengan ucapan yang baik." (HR. Bukhari dan Muslim) |
|
شرح
الحديث 164 الحديث:
قالَ
النَّبِيُّ
صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ:
"اتَّقُوا
النَّارَ
وَلَوْ
بِشِقِّ
تَمْرَةٍ،
فَإِنْ لَمْ
تَجِدُوا
فَبِكَلِمَةٍ
طَيِّبَةٍ." )رواهُ
البخاريُّ
ومُسلِم( |
|
||
Pembahasan: Hadis ini
mengajarkan tentang pentingnya bersedekah dan berbuat baik, bahkan dengan hal
yang sekecil apapun. Dalam Islam, sedekah tidak harus selalu dalam bentuk
materi yang besar; bahkan sesuatu yang kecil seperti setengah buah kurma
dapat menyelamatkan seseorang dari siksa neraka. Jika seseorang tidak
memiliki apa-apa untuk disedekahkan, maka ucapan yang baik juga merupakan
bentuk sedekah yang sangat dihargai di sisi Allah. |
|
الشرح: هذا
الحديث
يُعَلِّمُنا
أَهَمِّيَةَ
الصَّدَقَةِ
وفِعْلِ
الخَيْرِ
حَتَّى
وَلَوْ كانَ
بِأَمْرٍ
بَسِيطٍ. فِي
الإِسْلَامِ،
لَيْسَتِ
الصَّدَقَةُ
مَحْصُورَةً
فِي المَالِ
الكَبِيرِ؛
بَلْ
يُمْكِنُ
لِشَيْءٍ صَغِيرٍ
مِثْلَ
نِصْفِ
تَمْرَةٍ
أَنْ
يُنْقِذَ
الإِنْسَانَ
مِنْ
عَذَابِ النَّارِ.
وإِذَا لَمْ
يَكُنْ
لَدَى
المَرْءِ
مَا
يَتَصَدَّقُ
بِهِ،
فَإِنَّ
الكَلِمَةَ
الطَّيِّبَةَ
تَكُونُ
صَدَقَةً
عَظِيمَةً
عِنْدَ
اللهِ |
|
||
Dalil
penguat dari Alqur'an: QS.
Al-Baqarah: 267: "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang
buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." |
|
الدَّلِيلُ
مِنَ
القُرْآنِ
الكَرِيمِ: سورةُ
البَقَرَةِ: 267:
"يَا
أَيُّهَا
الَّذِينَ
آمَنُوا
أَنْفِقُوا
مِنْ
طَيِّبَاتِ
مَا كَسَبْتُمْ
وَمِمَّا
أَخْرَجْنَا
لَكُمْ مِنَ
الْأَرْضِ وَلَا
تَيَمَّمُوا
الْخَبِيثَ
مِنْهُ تُنْفِقُونَ
وَلَسْتُمْ
بِآخِذِيهِ
إِلَّا أَنْ
تُغْمِضُوا
فِيهِ
وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ
غَنِيٌّ
حَمِيدٌ." |
|
||
Dalil
dari kalam ulama: Imam
Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin mengatakan: "Sedekah tidak diukur dari
besar kecilnya pemberian, tetapi dari niat tulus di dalam hati." Beliau
menekankan pentingnya keikhlasan dan niat yang baik dalam beramal, meskipun
kecil. |
|
الدَّلِيلُ
مِنْ
كَلَامِ
العُلَمَاءِ: الإمامُ
الغَزَالِيُّ
فِي
كِتَابِهِ
إِحْيَاءُ
عُلُومِ
الدِّينِ
يَقُولُ:
"لَا تُقَاسُ
الصَّدَقَةُ
بِحَجْمِهَا،
بَلْ بِصِدْقِ
النِّيَّةِ
فِي
القَلْبِ."
وَقَدْ أَكَّدَ
عَلَى
أَهَمِّيَةِ
الإِخْلَاصِ
والنِّيَّةِ
الحَسَنَةِ
فِي
العَمَلِ،
حَتَّى لَوْ
كانَ
صَغِيرًا |
|
||
Pembahasan
Hadis 165. Hadis:
Nabi Muhammad saw bersabda: "Janganlah kamu semua merasa malu memberikan
sedikit, karena sesungguhnya tidak memberi itu adalah lebih sedikit daripada
memberi sedikit." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi) |
|
شرح
الحديث 165 الحديث:
قالَ
النَّبِيُّ
صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ:
"لَا تَسْتَحْيُوا
مِنْ
إِعْطَاءِ
القَلِيلِ،
فَإِنَّ
الحِرْمَانَ
أَقَلُّ
مِنْهُ."(رواهُ
أَبُو
دَاوُدَ
والتِّرْمِذِي) |
|
||
Pembahasan: Hadis ini
mengingatkan umat Islam bahwa memberi, walaupun sedikit, tetaplah lebih baik
daripada tidak memberi sama sekali. Rasa malu atau merasa bahwa pemberian itu
terlalu sedikit seharusnya tidak menghalangi seseorang dari bersedekah. Nilai
amal tidak dilihat dari jumlahnya, tetapi dari niat dan usaha dalam memberi. |
|
الشرح: هَذَا
الحَدِيثُ
يُذَكِّرُ
المُسْلِمِينَ
أَنَّ
العَطَاءَ،
وَلَوْ كانَ
قَلِيلًا، أَفْضَلُ
مِنْ عَدَمِ
العَطَاءِ
مُطْلَقًا.
الشُّعُورُ
بِالخَجَلِ
أَوْ أَنَّ
العَطَاءَ
قَلِيلٌ لَا
يَنْبَغِي
أَنْ
يَمْنَعَ الإِنْسَانَ
مِنَ
الصَّدَقَةِ.
قِيمَةُ العَمَلِ
لَا تُقَاسُ
بِالكَمِّيَةِ،
بَلْ بِالنِّيَّةِ
والجُهْدِ
فِي
العَطَاءِ |
|
||
Dalil
penguat dari Alqur'an: QS.
Al-Baqarah: 261: "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." |
|
الدليل
من القرآن
الكريم: سورة
البقرة: 261:
"مَثَلُ
الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ
أَمْوَالَهُمْ
فِي سَبِيلِ
اللَّهِ كَمَثَلِ
حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ
سَبْعَ
سَنَابِلَ
فِي كُلِّ
سُنْبُلَةٍ
مِائَةُ
حَبَّةٍ وَاللَّهُ
يُضَاعِفُ
لِمَنْ
يَشَاءُ
وَاللَّهُ
وَاسِعٌ
عَلِيمٌ." |
|
||
Dalil
dari kalam ulama: Imam
Al-Junaid pernah mengatakan: *"Yang sedikit dengan niat ikhlas lebih
baik daripada yang banyak dengan niat yang ternodai."* Hal ini
menunjukkan bahwa keberkahan sedekah tidak hanya terletak pada jumlahnya,
tetapi juga pada niat yang melatarbelakangi pemberian tersebut. |
|
الدَّلِيلُ
مِنْ
كَلَامِ
العُلَمَاءِ: الإمامُ
الجُنَيْدُ
يَقُولُ:
"القَلِيلُ بِنِيَّةٍ
صَادِقَةٍ
خَيْرٌ مِنَ
الكَثِيرِ
بِنِيَّةٍ
فَاسِدَةٍ."
وَهَذَا
يُدِلُّ عَلَى
أَنَّ
البَرَكَةَ
فِي
الصَّدَقَةِ
لَا
تَعْتَمِدُ
فَقَطْ
عَلَى
الكَمِّيَةِ،
وَلَكِنْ
أَيْضًا
عَلَى
النِّيَّةِ
الَّتِي
تُحَفِّزُ
هَذَا
العَطَاءَ. |
|
|
|
Pembahasan
Hadis 166 Hadis:
Nabi Muhammad saw bersabda: "Barangsiapa yang menghardik (membentak)
peminta-minta, maka para malaikat tentu menghardiknya pada hari Kiamat." (HR.
Thabrani dan Baihaqi) |
|
شرح الحديث
166 الحديث:
قالَ
النَّبِيُّ
صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ:
"مَنْ نَهَرَ
سَائِلًا نَهَرَتْهُ
المَلَائِكَةُ
يَوْمَ
القِيَامَةِ." )رواهُ
الطَّبَرَانِيُّ
والبَيْهَقِيُّ( |
|
|
|
Pembahasan: Hadis ini
menekankan pentingnya memperlakukan orang yang membutuhkan dengan lembut dan
hormat. Menghardik atau membentak orang yang meminta-minta, apalagi yang
benar-benar membutuhkan, adalah tindakan yang tercela dalam Islam. Tindakan
tersebut tidak hanya berdampak negatif di dunia, tetapi juga akan dibalas di
akhirat dengan pembalasan dari para malaikat. |
|
الشرح: هَذَا
الحَدِيثُ
يُؤَكِّدُ
عَلَى
أَهَمِّيَةِ
مُعَامَلَةِ
المُحْتَاجِينَ
بِلُطْفٍ
واحْتِرَامٍ.
نَهْرُ أَوْ
زَجْرُ مَن
يَطْلُبُ
الحَاجَةَ،
خَاصَّةً
إِذَا كانَ
حَقًّا فِي
حَاجَةٍ،
هُوَ فِعْلٌ
مَذْمُومٌ
فِي
الإِسْلَامِ.
هَذَا
الفِعْلُ
لَيْسَ فَقَطْ
لَهُ
تَأْثِيرٌ
سَلْبِيٌّ
فِي
الدُّنْيَا،
وَلَكِنْ
سَيُجَازَى
فِي
الآخِرَةِ
مِنْ قِبَلِ
المَلَائِكَةِ. |
|
|
|
Dalil
penguat dari Alqur'an: QS.
Adh-Dhuha: 10: "Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah kamu
menghardiknya." |
|
الدَّلِيلُ
مِنَ
القُرْآنِ
الكَرِيمِ: سورةُ
الضُّحَى: 10:
"وَأَمَّا
السَّائِلَ
فَلَا
تَنْهَرْ." |
|
|
|
Dalil
dari kalam ulama: Syekh
Abdul Qadir Al-Jailani berkata: "Kasih sayang kepada makhluk-Nya adalah
cermin dari kasih sayang Allah. Maka, janganlah engkau menutup pintu kasih
sayangmu, karena Allah akan menutup pintu rahmat-Nya bagimu." Kata-kata
ini mengajarkan kita untuk selalu bersikap lembut dan penuh kasih, terutama
kepada mereka yang membutuhkan. |
|
الدَّلِيلُ
مِنْ
كَلَامِ
العُلَمَاءِ: الشَّيْخُ
عَبْدُ
القَادِرِ
الجَيْلَانِيُّ
قَالَ:
"الرَّحْمَةُ
عَلَى
خَلْقِ اللهِ
هِيَ
مِرْآةٌ
لِرَحْمَةِ
اللهِ. فَلَا
تُغْلِقْ
بَابَ
رَحْمَتِكَ،
لِأَنَّ
اللهَ سَيُغْلِقُ
بَابَ
رَحْمَتِهِ
عَلَيْكَ."
هَذِهِ
الكَلِمَاتُ
تُعَلِّمُنَا
أَنْ نَكُونَ
دَائِمًا
رُفَقَاءَ
ومَلِيئِينَ
بِالرَّحْمَةِ،
خَاصَّةً
تِجَاهَ
المُحْتَاجِينَ |
|
|
|
Kesimpulan. Ketiga
hadis di atas memberikan kita panduan dalam bermuamalah dengan sesama
manusia, terutama dalam hal bersedekah, memberi, dan memperlakukan orang lain
dengan baik. Islam sangat menghargai niat dan usaha dalam kebaikan, tidak
peduli seberapa kecilnya, karena yang dinilai adalah ketulusan hati. Selain
itu, Islam juga mengajarkan kelembutan dan kasih sayang dalam berinteraksi
dengan sesama, terutama kepada mereka yang lemah dan membutuhkan. |
|
الخلاصة الأَحَادِيثُ
الثَّلَاثَةُ
المَذْكُورَةُ
أَعْلَاهُ
تُوَفِّرُ
لَنَا
دَلِيلًا
فِي التَّعَامُلِ
مَعَ
الآخَرِينَ،
خَاصَّةً فِي
مَا
يَتَعَلَّقُ
بِالصَّدَقَةِ،
والعَطَاءِ،
ومُعَامَلَةِ
الآخَرِينَ
بِشَكْلٍ
جَيِّدٍ.
الإِسْلَامُ
يُقَدِّرُ
النِّيَّةَ
والجُهْدَ
فِي فِعْلِ
الخَيْرِ،
بِغَضِّ
النَّظَرِ
عَنْ
صِغَرِهَا،
لِأَنَّ مَا
يُتَمَّ
تَقْيِيمُهُ
هُوَ
إِخْلَاصُ
القَلْبِ.
بالإِضَافَةِ
إِلَى
ذَلِكَ،
يُعَلِّمُنَا
الإِسْلَامُ
الرِّفْقَ
والرَّحْمَةَ
فِي
التَّعَامُلِ
مَعَ
الآخَرِينَ،
خَاصَّةً
مَعَ
الضُّعَفَاءِ
والمُحْتَاجِينَ |
*Di Sampaikan dalam Kajian rutin
Muslimat NU Kaligede Margomulyo, 01 September 2024