Dengan balutan baju putih, sarung, dan peci hitam khas pesantren, Kiyai Badrun duduk bersahaja di hadapan jama’ah, menyampaikan pesan-pesan penting terkait semangat membangun ekonomi umat sebagai lanjutan dari kemenangan spiritual di bulan Ramadan.
“Kembali ke fitrah bukan hanya soal suci dari dosa, tapi juga bersih dari kemalasan, kebodohan ekonomi, dan ketergantungan pada sistem yang tidak pro-umat,” ujar beliau dengan penuh semangat.
Kiyai Badrun menekankan bahwa Idul Fitri bukan titik akhir ibadah, melainkan titik awal pembaruan jiwa dan perjuangan sosial-ekonomi. Dalam materi penyuluhannya, beliau mengajak umat untuk bangkit melalui kewirausahaan syariah, penguatan UMKM lokal, dan penggunaan produk halal sebagai bentuk keberpihakan terhadap ekonomi umat.
Suasana penuh keakraban dan kekhusyukan mengiringi jalannya kajian, yang ditutup dengan diskusi terbuka dan komitmen bersama untuk menggerakkan ekonomi berbasis jama’ah Madin Fathul Ulum.
📚 MATERI PENYULUHAN
Tema: "Kembali ke Fitrah, Bangkitkan Ekonomi Umat"
1. Latar Belakang
-
Idul Fitri adalah simbol kesucian jiwa setelah melewati proses penyucian diri selama Ramadan.
-
Namun, kemenangan spiritual harus dilanjutkan dengan kebangkitan sosial dan ekonomi.
2. Fitrah Ekonomi: Perspektif Islam
-
Islam tidak hanya memerintahkan ibadah ritual, tapi juga membangun peradaban yang kuat secara ekonomi.
-
QS. Al-Jumu’ah: 10 – “Apabila salat telah ditunaikan, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah...”
3. Pilar Kebangkitan Ekonomi Umat
-
Gotong royong: Menguatkan solidaritas ekonomi lokal melalui koperasi, arisan produktif, dan sinergi antar warga.
-
Kewirausahaan umat: Santri dan wali santri didorong menjadi pelaku ekonomi, bukan hanya konsumen.
-
Dukungan terhadap produk halal dan UMKM lokal: Membeli produk sesama umat adalah bentuk jihad ekonomi.
4. Arah Tindakan Nyata
-
Bentuk kelompok usaha berbasis keluarga atau komunitas masjid/madin.
-
Kembangkan pelatihan wirausaha dan literasi keuangan bagi santri dan wali santri.
-
Dorong program “Satu Santri, Satu Produk” sebagai simbol kontribusi mandiri.
5. Penutup dan Afirmasi
“Kita telah kembali suci secara spiritual. Kini saatnya kembali kuat secara ekonomi. Fitrah itu menyatukan antara iman dan tindakan nyata untuk umat.” – Kiyai Badrun Sulaiman