Masalah Ketiga: Apakah ruh orang yang masih hidup bertemu dengan ruh orang yang telah meninggal atau tidak? |
|
الْمَسْأَلَةُ
الثَّالِثَةُ
وهي: هَلْ تَتَلَاقَى
أَرْوَاحُ
الْأَحْيَاءِ
وَأَرْوَاحُ
الْأَمْوَاتِ
أَمْ لَا؟ |
|
|
|
Bukti
dan dalil mengenai masalah ini begitu banyak
hingga tidak ada yang mampu menghitungnya kecuali Allah Ta'ala. Kenyataan dan pengalaman nyata merupakan salah satu saksi
yang paling adil dalam hal ini. Ruh
orang yang hidup bertemu dengan ruh orang yang telah meninggal sebagaimana ruh orang yang hidup bertemu satu sama lain. Allah Ta'ala telah berfirman: "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia menahan
jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir" (Az-Zumar:
42). |
|
شَوَاهِدُ
هَذِهِ
الْمَسْأَلَةِ
وَأَدِلَّتُهَا
أَكْثَرُ
مِنْ أَنْ
يُحْصِيَهَا
إِلَّا
اللهُ
تَعَالَى،
وَالْحِسُّ
وَالْوَاقِعُ
مِنْ
أَعْدَلِ
الشُّهُودِ
بِهَا. فَتَلْقَى
أَرْوَاحُ
الْأَحْيَاءِ
وَالأَمْوَاتِ
كَمَا
تَتَلَاقَى
أَرْوَاحُ
الْأَحْيَاءِ.
وَقَدْ
قَالَ
تَعَالَى: {اللَّهُ
يَتَوَفَّى
الْأَنْفُسَ
حِينَ مَوْتِهَا
وَالَّتِي
لَمْ تَمُتْ
فِي مَنَامِهَا
فَيُمْسِكُ
الَّتِي
قَضَى
عَلَيْهَا الْمَوْتَ
وَيُرْسِلُ
الْأُخْرَى
إِلَى أَجَلٍ
مُسَمًّى إِنَّ
فِي ذَلِكَ
لَآيَاتٍ
لِقَوْمٍ
يَتَفَكَّرُونَ}. |
|
|
|
Abu
Abdullah bin Mandah berkata:
Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim telah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Abdullah bin Husain
Al-Harrani telah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Kakekku
Ahmad bin Syu'aib telah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Musa bin 'Ain meriwayatkan kepada kami dari Mutarif dari Ja'far bin Abi Al-Mughira dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas mengenai ayat ini. Ia berkata:
"Sampai kepadaku bahwa ruh orang yang hidup dan yang telah mati bertemu
dalam mimpi mereka, lalu mereka saling bertanya satu sama lain. Allah menahan ruh orang yang telah meninggal dan mengembalikan ruh orang yang hidup ke jasadnya." |
|
قَالَ
أَبُو
عَبْدِ
اللهِ بْنُ
مَنْدَه: حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ
بْنُ
مُحَمَّدِ
بْنِ إِبْرَاهِيمَ،
حَدَّثَنَا
عَبْدُ
اللهِ بْنُ حُسَيْنٍ
الْحَرَّانِيُّ،
حَدَّثَنَا
جَدِّي
أَحْمَدُ
بْنُ
شُعَيْبٍ،
حَدَّثَنَا مُوسَى
بْنُ عَيْنٍ
عَنْ
مُطَرِّفٍ
عَنْ
جَعْفَرِ
بْنِ أَبِي
الْمُغِيرَةِ
عَنْ
سَعِيدِ بْنِ
جُبَيْرٍ
عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ
فِي هَذِهِ
الْآيَةِ
قَالَ:
بَلَغَنِي
أَنَّ
أَرْوَاحَ
الْأَحْيَاءِ
وَالْأَمْوَاتِ
تَلْتَقِي
فِي
الْمَنَامِ،
فَيَتَسَاءَلُونَ
بَيْنَهُمْ،
فَيُمْسِكُ
اللهُ
أَرْوَاحَ
الْمَوْتَى
وَيُرْسِلُ
أَرْوَاحَ
الْأَحْيَاءِ
إِلَى
أَجْسَادِهَا. |
|
|
|
Ibnu
Abi Hatim dalam tafsirnya berkata: Abdullah bin Sulaiman telah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Al-Husain telah meriwayatkan kepada kami, ia berkata: 'Amir meriwayatkan kepada kami, ia berkata: Isbat
meriwayatkan kepada kami dari As-Suddi. Mengenai firman Allah Ta'ala: "Dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya" (Az-Zumar:
42), ia berkata:
"Allah menahannya dalam
tidurnya, maka ruh orang yang hidup bertemu dengan ruh orang yang telah meninggal, mereka saling berbicara dan saling mengenal.
Lalu ruh orang yang hidup kembali ke jasadnya di dunia untuk melanjutkan
sisa umurnya, sementara ruh orang yang mati ingin kembali
ke jasadnya, tetapi ditahan." |
|
وَقَالَ
ابْنُ أَبِي
حَاتِمٍ فِي
تَفْسِيرِهِ:
حَدَّثَنَا
عَبْدُ
اللهِ بْنُ
سُلَيْمَانَ،
حَدَّثَنَا
الْحُسَيْنُ،
حَدَّثَنَا
عَامِرٌ،
حَدَّثَنَا
إِسْبَاطٌ
عَنْ السُّدِّيِّ،
وَفِي
قَوْلِهِ
تَعَالَى:
{وَالَّتِي
لَمْ تَمُتْ
فِي
مَنَامِهَا}
قَالَ:
يَتَوَفَّاهَا
فِي
مَنَامِهَا،
فَيَلْتَقِي
رُوحُ الْحَيِّ
وَرُوحُ
الْمَيِّتِ
فَيَتَذَاكَرَانِ
وَيَتَعَارَفَانِ،
قَالَ:
فَتَرْجِعُ
رُوحُ
الْحَيِّ
إِلَى
جَسَدِهِ
فِي الدُّنْيَا
إِلَى بَقِيَّةِ
أَجَلِهَا،
وَتُرِيدُ
رُوحُ
الْمَيِّتِ
أَنْ
تَرْجِعَ
إِلَى
جَسَدِهِ
فَتُحْبَسُ. |
|
|
|
Inilah pendapat yang lebih
kuat di antara dua pendapat dalam ayat ini,
bahwa yang ditahan adalah ruh yang telah diwafatkan dengan kematian, sementara yang dilepaskan adalah ruh yang diwafatkan dalam tidur. Maksudnya, Allah mencabut nyawa orang yang mati, lalu menahannya
dan tidak mengembalikannya ke jasadnya hingga Hari Kiamat. Sementara ruh orang yang sedang tidur, Dia kembalikan ke jasadnya sampai
sisa umurnya habis, lalu Dia
mencabutnya dengan kematian yang sesungguhnya. |
|
وَهَذَا
أَحْمَدُ
الْقَوْلَيْنِ
فِي الْآيَةِ،
وَهُوَ
أَنَّ
الْمُمْسَكَةَ
مَنْ تُوُفِّيَتْ
وَفَاةَ
الْمَوْتِ
أَوَّلًا، وَالْمُرْسَلَةَ
مَنْ
تُوُفِّيَتْ
وَفَاةَ
النَّوْمِ. وَالْمَعْنَى
عَلَى هَذَا
الْقَوْلِ
أَنَّهُ
يَتَوَفَّى
نَفْسَ
الْمَيِّتِ
فَيُمْسِكُهَا
وَلَا
يُرْسِلُهَا
إِلَى
جَسَدِهَا
قَبْلَ
يَوْمِ
الْقِيَامَةِ،
وَيَتَوَفَّى
نَفْسَ
النَّائِمِ
ثُمَّ
يُرْسِلُهَا
إِلَى
جَسَدِهِ
إِلَى
بَقِيَّةِ
أَجَلِهَا،
فَيَتَوَفَّاهَا
الْوَفَاةَ
الْأُخْرَى. |
|
|
|
Pendapat kedua dalam
ayat ini adalah bahwa yang ditahan dan yang dilepaskan dalam ayat ini keduanya
merupakan ruh yang diwafatkan dalam tidur. Bagi yang telah selesai ajalnya, Allah menahannya dan tidak mengembalikannya
ke jasadnya. Sementara yang belum selesai ajalnya, Allah mengembalikannya ke jasadnya agar ia menyelesaikan sisa umurnya. Syekh Islam (Ibn Taimiyyah) memilih pendapat ini dan berkata:
"Inilah yang ditunjukkan
oleh Al-Qur'an dan Sunnah." Ia berkata: "Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan
penahanan terhadap ruh yang telah ditetapkan kematiannya dari ruh-ruh yang dicabut pada waktu tidur, sedangkan ruh yang dicabut pada waktu matinya, Allah tidak menyebutkannya sebagai ditahan atau dilepaskan, melainkan ia merupakan bagian ketiga." |
|
وَالْقَوْلُ
الثَّانِي
فِي
الْآيَةِ
أَنَّ
الْمُمْسَكَةَ
وَالْمُرْسَلَةَ
فِي الْآيَةِ
كِلَاهُمَا
تُوُفِّيَتْ
وَفَاةَ النَّوْمِ،
فَمَنْ
اسْتَكْمَلَتْ
أَجَلَهَا
أَمْسَكَهَا
عِنْدَهُ
فَلَا
يُرِدُّهَا إِلَى
جَسَدِهَا،
وَمَنْ لَمْ
تَسْتَكْمِلْ
أَجَلَهَا
رَدَّهَا
إِلَى
جَسَدِهَا
لِتَسْتَكْمِلَهُ.
وَاخْتَارَ
شَيْخُ
الْإِسْلَامِ
هَذَا
الْقَوْلَ
وَقَالَ:
عَلَيْهِ
يَدُلُّ
الْقُرْآنُ
وَالسُّنَّةُ.
قَالَ: فَإِنَّهُ
سُبْحَانَهُ
ذَكَرَ
إِمْسَاكَ الَّتِي
قُضِيَ
عَلَيْهَا
الْمَوْتُ
مِنْ هَذِهِ
الْأَنْفُسِ
الَّتِي
تَوَفَّاهَا
وَفَاةَ
النَّوْمِ،
وَأَمَّا
الَّتِي
تَوَفَّاهَا
حِينَ مَوْتِهَا
فَتِلْكَ
لَمْ
يَصِفْهَا
بِإِمْسَاكٍ
وَلَا
بِإِرْسَالٍ،
بَلْ هِيَ
قِسْمٌ ثَالِثٌ. |
|
|
|
Pendapat yang lebih kuat adalah
pendapat pertama, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
menyebutkan dua jenis kematian: kematian besar, yaitu kematian sejati, dan kematian
kecil, yaitu kematian saat tidur. Allah membagi ruh menjadi dua:
yang ditetapkan kematian baginya, Allah menahannya, dan ia adalah
ruh yang diwafatkan dengan kematian sejati; dan ruh
yang masih memiliki sisa umur, Allah mengembalikannya ke jasadnya untuk menyelesaikan sisa umurnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan
penahanan dan pelepasan sebagai dua hukum dari
dua jenis kematian yang disebutkan di awal. |
|
وَالَّذِي
يَتَرَجَّحُ
هُوَ
الْقَوْلُ
الْأَوَّلُ؛
لِأَنَّهُ
سُبْحَانَهُ
أَخْبَرَ
بِوَفَاتَيْنِ:
وَفَاةٍ
كُبْرَى،
وَهِيَ
وَفَاةُ الْمَوْتِ،
وَوَفَاةٍ
صُغْرَى،
وَهِيَ وَفَاةُ
النَّوْمِ.
وَقَسَّمَ
الْأَرْوَاحَ
قِسْمَيْنِ:
قَضَى
عَلَيْهَا
بِالْمَوْتِ
فَأَمْسَكَهَا
عِنْدَهُ،
وَهِيَ
الَّتِي تَوَفَّاهَا
وَفَاةَ
الْمَوْتِ،
وَقِسْمًا
لَهَا
بَقِيَّةُ أَجَلٍ
فَرَدَّهَا
إِلَى
جَسَدِهَا
لِتَسْتَكْمِلَ
أَجَلَهَا.
وَجَعَلَ
سُبْحَانَهُ
الْإِمْسَاكَ
وَالْإِرْسَالَ
حُكْمَيْنِ
لِلْوَفَاتَيْنِ
الْمَذْكُورَتَيْنِ
أَوَّلًا. |
|
|
|
Maka, yang ini ditahan dan
yang itu dilepaskan.
Allah memberitahukan bahwa
yang tidak mati adalah yang dicabut ruhnya dalam tidur. Jika kematian
dalam tidur dibagi menjadi dua, yaitu kematian
sejati dan kematian tidur, maka Allah tidak akan mengatakan: "Dan
yang tidak mati dalam tidurnya"
(Az-Zumar: 42), karena ketika dicabut ruhnya, ia sudah
mati. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
memberitahukan bahwa ia belum mati,
maka bagaimana Dia akan mengatakan
setelah itu: "Allah
menahan yang telah Dia tetapkan kematiannya"? |
|
فَهَذِهِ
مُمْسَكَةٌ
وَهَذِهِ
مُرْسَلَةٌ،
وَأَخْبَرَ
أَنَّ
الَّتِي
لَمْ تَمُتْ
هِيَ
الَّتِي
تَوَفَّاهَا
فِي
مَنَامِهَا،
فَلَوْ كَانَ
قَدْ
قَسَّمَ
وَفَاةَ
النَّوْمِ
إِلَى قِسْمَيْنِ:
وَفَاةِ
مَوْتٍ
وَوَفَاةِ
نَوْمٍ،
لَمْ يَقُلْ:
{وَالَّتِي
لَمْ تَمُتْ
فِي مَنَامِهَا}،
فَإِنَّهَا
مِنْ حِينَ
قُبِضَتْ
مَاتَتْ،
وَهُوَ
سُبْحَانَهُ
قَدْ أَخْبَرَ
أَنَّهَا
لَمْ
تَمُتْ،
فَكَيْفَ
يَقُولُ
بَعْدَ ذَلِكَ:
{فَيُمْسِكُ
الَّتِي
قُضِيَ
عَلَيْهَا
الْمَوْتُ}. |
|
|
|
Bagi yang mendukung
pendapat ini, mereka mengatakan bahwa firman Allah Ta'ala: "Allah menahan yang telah Dia tetapkan
kematiannya" terjadi
setelah ruh dicabut dalam tidur. Allah Subhanahu wa Ta'ala mencabutnya
terlebih dahulu dengan kematian tidur, kemudian menetapkan kematian baginya setelah itu. Yang lebih tepat adalah bahwa ayat ini
mencakup kedua jenis kematian, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan
dua jenis kematian: kematian tidur dan kematian
sejati, dan Dia menyebutkan penahanan terhadap yang dicabut nyawanya dan pelepasan terhadap yang lain. Diketahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menahan
setiap ruh yang mati, baik yang mati dalam tidur
maupun yang mati dalam keadaan sadar, dan Dia
mengembalikan ruh orang
yang belum mati. Maka, firman-Nya: "Allah
mencabut nyawa orang ketika matinya"
mencakup orang yang mati dalam keadaan sadar maupun yang mati dalam tidur. |
|
وَلِمَنْ
نَصَرَ
هَذَا
الْقَوْلَ
أَنْ يَقُولَ:
قَوْلُهُ
تَعَالَى:
{فَيُمْسِكُ
الَّتِي
قُضِيَ
عَلَيْهَا
الْمَوْتُ}
بَعْدَ أَنْ
تَوَفَّاهَا
وَفَاةَ
النَّوْمِ.
فَهُوَ
سُبْحَانَهُ
تَوَفَّاهَا
أَوَّلًا وَفَاةَ
نَوْمٍ،
ثُمَّ قَضَى
عَلَيْهَا
الْمَوْتَ
بَعْدَ
ذَلِكَ.
وَالتَّحْقِيقُ
أَنَّ
الْآيَةَ
تَتَنَاوَلُ
النَّوْعَيْنِ؛
فَإِنَّهُ
سُبْحَانَهُ
ذَكَرَ
وَفَاتَيْنِ:
وَفَاةَ
نَوْمٍ
وَوَفَاةَ
مَوْتٍ،
وَذَكَرَ
إِمْسَاكَ
الْمُتَوَفَّاةِ
وَإِرْسَالَ
الْأُخْرَى.
وَمَعْلُومٌ
أَنَّهُ
سُبْحَانَهُ
يُمْسِكُ كُلَّ
نَفْسٍ
مَيِّتٍ
سَوَاءٌ
مَاتَ فِي
النَّوْمِ
أَوْ فِي
الْيَقَظَةِ،
وَيُرْسِلُ نَفْسَ
مَنْ لَمْ
يَمُتْ.
فَقَوْلُهُ:
{يَتَوَفَّى
الْأَنْفُسَ
حِينَ
مَوْتِهَا}
يَتَنَاوَلُ
مَنْ مَاتَ
فِي
الْيَقَظَةِ
وَمَنْ
مَاتَ فِي
الْمَنَامِ. |
|
|
|
Telah
terbukti bahwa pertemuan ruh orang yang hidup dan orang yang telah mati terjadi
ketika orang yang hidup melihat orang yang mati dalam mimpinya. Ia bertanya kepada
orang yang mati, dan
orang yang mati memberitahukan
hal-hal yang tidak diketahui oleh orang yang hidup, dan informasi
itu sesuai dengan apa yang terjadi di masa lalu dan yang akan datang. Mungkin saja orang yang mati memberitahukan tentang harta yang ia kubur di suatu
tempat yang tidak diketahui oleh orang lain selain dirinya.
Mungkin juga ia memberitahukan tentang hutang yang masih ada, serta
menyebutkan bukti-bukti dan tanda-tandanya. |
|
وَقَدْ
دَلَّ
التِّقَاءُ
أَرْوَاحِ
الْأَحْيَاءِ
وَالْأَمْوَاتِ
عَلَى أَنَّ
الْحَيَّ
يَرَى
الْمَيِّتَ
فِي
مَنَامِهِ،
فَيَسْتَخْبِرُهُ
وَيُخْبِرُهُ
الْمَيِّتُ بِمَا
لَا
يَعْلَمُهُ
الْحَيُّ،
فَيُصَادِفُ
خَبَرَهُ
كَمَا
أَخْبَرَ
فِي
الْمَاضِي
وَالْمُسْتَقْبَلِ،
وَرُبَّمَا
أَخْبَرَهُ
بِمَالٍ
دَفَنَهُ
الْمَيِّتُ
فِي مَكَانٍ
لَمْ يَعْلَمْ
بِهِ
سِوَاهُ،
وَرُبَّمَا
أَخْبَرَهُ
بِدَيْنٍ
عَلَيْهِ،
وَذَكَرَ
لَهُ شَوَاهِدَهُ
وَأَدِلَّتَهُ. |
|
|
|
Bahkan lebih dari itu,
orang mati mungkin memberitahukan sesuatu yang ia lakukan yang tidak diketahui oleh siapapun di dunia ini. Dan lebih hebat lagi,
ia mungkin memberi tahu bahwa "kamu akan
datang kepada kami pada waktu sekian
dan sekian",
dan itu terjadi persis seperti yang diberitahukan. Kadang-kadang ia juga mengabarkan tentang hal-hal yang membuat orang hidup yakin bahwa tidak
ada orang lain yang mengetahuinya.
Telah disebutkan kisah tentang Sha'b bin Jathamah dan ucapannya kepada 'Auf bin Malik tentang apa yang dikatakannya, serta kisah tentang
Tsabit bin Qais bin Syammas dan kabarnya
kepada orang yang melihatnya
mengenai baju besinya dan hutang
yang ia miliki. |
|
وَأَبْلَغُ
مِنْ هَذَا
أَنَّهُ يُخْبِرُهُ
بِمَا
عَمِلَهُ
مِنْ عَمَلٍ
لَمْ يَطَّلِعْ
عَلَيْهِ
أَحَدٌ مِنَ
الْعَالَمِينَ،
وَأَبْلَغُ
مِنْ هَذَا
أَنَّهُ
يُخْبِرُهُ
أَنَّكَ
تَأْتِينَا
إِلَى
وَقْتِ كَذَا
وَكَذَا،
فَيَكُونُ
كَمَا
أَخْبَرَ. وَرُبَّمَا
أَخْبَرَهُ
عَنْ
أُمُورٍ
يَقْطَعُ
الْحَيُّ
أَنَّهُ
لَمْ يَكُنْ
يَعْرِفُهَا
غَيْرُهُ. وَقَدْ
ذَكَرْنَا
قِصَّةَ
الصَّعْبِ
بْنِ جَثَّامَةَ
وَقَوْلَهُ
لِعَوْفِ
بْنِ مَالِكٍ
مَا قَالَ
لَهُ،
وَذَكَرْنَا
قِصَّةَ ثَابِتِ
بْنِ قَيْسِ
بْنِ
شَمَّاسٍ
وَأَخْبَارَهُ
لِمَنْ
رَآهُ فِي
دِرْعِهِ
وَمَا عَلَيْهِ
مِنَ الدَّيْنِ. |
|
|
|
|
|
|