Rabu, 07 Agustus 2024

Irsyadul Ibad || Bab Perkara Yang Harom Bagi Laki-laki || Kajian Rutin Malam Selasa dan Rabu

Kajian Rutin Malam Selasa dan Rabu MATAWALI dan Santri Fathul Ulum

Kitab Irsyadul Ibad

Bersama: Kiyai Badrun Pengasuh MATAWALI Dan Pesantren Fathul Ulum

 

 

 

Bab Perkara yang Diharamkan bagi Pria Yaitu: Penggunaan Sutra Murni dan Perhiasan Emas, serta yang Menyerupai Wanita

 

بَابُ مَا يُحَرِّمُ عَلَى الرَّجُلِ مِنِ اسْتِعْمَالِ حَرِيرٍ صِرْفٍ وَحُلِيِّ نَقْدٍ وَمِنْ تَشَبُّهِ بِالنِّسَاءِ 

 

 

 

 (Abu Dawud dan an-Nasa'i meriwayatkan dari Ali r.a) bahwa beliau berkata: "Aku melihat Rasulullah saw mengambil kain sutra lalu meletakkannya di tangan kanannya, dan emas lalu meletakkannya di tangan kirinya, kemudian beliau bersabda: 'Sesungguhnya dua benda ini haram bagi laki-laki dari umatku.'"

 

)أَخْرَجَ) أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ حَرِيرَةً فَجَعَلَهَا عَنْ يَمِينِهِ وَذَهَبًا فَجَعَلَهُ عَنْ يَسَارِهِ ثُمَّ قَالَ: إِنَّ هَذَيْنِ حَرَامٌ عَلَى ذُكُورِ أُمَّتِي

 

 

 

Dan dari al-Hakim, Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang mengenakan sutra di dunia, maka dia tidak akan mengenakannya di akhirat. Dan barang siapa yang minum khamr di dunia, maka dia tidak akan meminumnya di akhirat. Dan barang siapa yang minum dari bejana emas dan perak di dunia, maka dia tidak akan meminumnya di akhirat."

 

وَالحَاكِمُ: مَنْ لَبِسَ الحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَلْبَسْهُ فِي الآخِرَةِ وَمَنْ شَرِبَ الخَمْرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْهُ فِي الآخِرَةِ وَمَنْ شَرِبَ فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ لَمْ يَشْرَبْهُ فِي الآخِرَةِ،

 

 

 

Rasulullah saw juga bersabda: "Pakaian ahli surga adalah sutra, dan minuman ahli surga adalah khamr. Janganlah kalian mengenakan sutra, karena barang siapa yang mengenakannya di dunia, maka dia tidak akan mengenakannya di akhirat."

 

ثُمَّ قَالَ: لِبَاسُ أَهْلِ الجَنَّةِ أَيِ الحَرِيرُ، وَشَرَابُ أَهْلِ الجَنَّةِ أَيِ الخَمْرُ، وَلَا تَلْبَسُوا الحَرِيرَ، إِنَّهُ مَنْ لَبِسَهُ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَلْبَسْهُ فِي الآخِرَةِ.

 

 

 

(Diriwayatkan oleh an-Nasa'i, dari Ibnu Zubair, yang berkata: "Barang siapa yang mengenakannya di dunia, maka dia tidak akan masuk surga." Allah SWT berfirman: "Dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra.")

 

وَرَوَى النَّسَائِيُّ: قَالَ ابْنُ الزُّبَيْرِ: مَنْ لَبِسَهُ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَدْخُلِ الجَنَّةَ. قَالَ اللَّهُ: {وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ}.

 

 

 

Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, dan an-Nasa'i, serta Ibnu Majah dari Umar r.a: "Barang siapa yang mengenakan sutra di dunia, maka dia tidak akan memiliki bagian di akhirat."

 

وَأَحْمَدُ وَالشَّيْخَانِ وَأَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ، وَابْنُ مَاجَهْ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَلَا يَلْبَسُ الحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ فِي الآخِرَةِ،

 

 

 

Diriwayatkan oleh an-Nasa'i: "Barang siapa yang mengenakan pakaian sutra, maka Allah akan mengenakannya pakaian dari api neraka."

 

وَالنَّسَائِيُّ عَنْهُ، إِنَّمَا يَلْبَسُهُ. مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ حَرِيرٍ أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبًا مِنْ نَارٍ.

 

 

 

Diriwayatkan oleh Ahmad: "Tidak akan menikmati sutra, orang yang berharap bertemu dengan Allah dan hari kiamat."

 

وَأَحْمَدُ: لَا يَسْتَمْتِعُ بِالحَرِيرِ مَنْ يَرْجُو أَيَّامَ اللَّهِ، أَي لِقَاءَهُ وَحِسَابَهُ. وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلَا يَلْبَسُ حَرِيرًا وَلَا ذَهَبًا *

 

 

 

Pembahasan

Pengharaman Emas dan Sutra bagi Laki-Laki dalam Islam

 

المُنَاقَشَة

تَحْرِيمُ الذَّهَبِ وَالْحَرِيرِ عَلَى الرِّجَالِ فِي الْإِسْلَامِ

 

 

 

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa'i dari Ali r.a., Rasulullah saw mengambil kain sutra dan emas, lalu bersabda bahwa kedua benda tersebut haram bagi laki-laki dari umatnya. Hadits ini menjadi landasan utama dalam Islam mengenai larangan penggunaan sutra dan emas bagi kaum laki-laki.

 

فِي الْحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِي عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِطْعَةً مِنَ الْحَرِيرِ وَالذَّهَبِ، ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذَيْنِ الشَّيْئَيْنِ حَرَامٌ عَلَى رِجَالِ أُمَّتِهِ. هَذَا الْحَدِيثُ هُوَ الْأَسَاسُ الرَّئِيسِيُّ فِي الْإِسْلَامِ بِشَأْنِ تَحْرِيمِ اِسْتِخْدَامِ الْحَرِيرِ وَالذَّهَبِ عَلَى الرِّجَالِ.

 

 

 

Dalil dari Alqur’an mengenai larangan ini dapat kita kaitkan dengan ayat yang berbicara tentang pakaian penghuni surga, yaitu dalam surat Al-Hajj ayat 23:

"Dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutra."

 

 

يُمْكِنُنَا رَبْطُ هَذَا التَّحْرِيمِ بِآيَةٍ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ الَّتِي تَتَحَدَّثُ عَنْ لِبَاسِ أَهْلِ الْجَنَّةِ، فِي سُورَةِ الْحَجِّ، الْآيَةِ 23: "وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ."

 

 

 

Ayat ini menunjukkan bahwa sutra adalah pakaian khusus bagi penghuni surga, dan oleh karena itu, Allah menetapkan larangan bagi laki-laki di dunia untuk mengenakannya sebagai bentuk ujian dan penghormatan.

 

تُظْهِرُ هَذِهِ الْآيَةُ أَنَّ الْحَرِيرَ هُوَ لِبَاسٌ خَاصٌّ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ، وَلِذَلِكَ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الرِّجَالِ فِي الدُّنْيَا لُبْسَهُ كَاِخْتِبَارٍ وَلِحِفْظِ الْكَرَامَةِ.

 

 

 

Selain itu, dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim, Rasulullah saw bersabda bahwa barang siapa yang mengenakan sutra di dunia, maka dia tidak akan mengenakannya di akhirat. Hal ini memberikan penegasan bahwa kenikmatan duniawi tersebut akan menghalangi seseorang dari kenikmatan akhirat jika tidak dihindari.

 

بِالْإِضَافَةِ إِلَى ذَلِكَ، فِي الْحَدِيثِ الَّذِي رَوَاهُ الْحَاكِمُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مَنْ لَبِسَ الْحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا، فَلَنْ يَلْبَسَهُ فِي الْآخِرَةِ. هَذَا يُؤَكِّدُ أَنَّ التَّمَتُّعَ بِنِعَمِ الدُّنْيَا سَيَحْرِمُ الْإِنْسَانَ مِنْ نِعَمِ الْآخِرَةِ إِذَا لَمْ يَجْتَنِبْهَا.

 

 

 

Hadis-Hadis Terkait

1.       Hadis dari Ibnu Zubair:Barang siapa yang mengenakannya di dunia, maka dia tidak akan masuk surga.” (HR. an-Nasa'i)

 

الْأَحَادِيثُ الْمُتَعَلِّقَةُ

حَدِيثُ ابْنِ الزُّبَيْرِ:

"مَنْ لَبِسَهُ فِي الدُّنْيَا، فَلَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ." (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ)

 

 

 

2.     Hadis dari Umar r.a.:Barang siapa yang mengenakan sutra di dunia, maka dia tidak akan memiliki bagian di akhirat.” (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, an-Nasa'i, Ibnu Majah)

 

حَدِيثُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ:

"مَنْ لَبِسَ الْحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا، فَلَنْ يَكُونَ لَهُ نَصِيبٌ فِي الْآخِرَةِ." (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالْبُخَارِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَهْ)

 

 

 

3.      Hadis dari an-Nasa'i:Barang siapa yang mengenakan pakaian sutra, maka Allah akan mengenakannya pakaian dari api neraka.” (HR. an-Nasa'i)

 

حَدِيثُ النَّسَائِيِّ:

"مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ حَرِيرٍ، أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبًا مِنْ نَارٍ." (رَوَاهُ النَّسَائِيُّ)

 

 

 

Hadis-hadis tersebut menegaskan larangan bagi laki-laki muslim untuk mengenakan sutra dan emas, serta memberikan ancaman hukuman di akhirat bagi yang melanggar.

 

تُؤَكِّدُ هَذِهِ الْأَحَادِيثُ تَحْرِيمَ لُبْسِ الْحَرِيرِ وَالذَّهَبِ عَلَى الرِّجَالِ الْمُسْلِمِينَ، وَتُهَدِّدُ بِعُقُوبَةٍ فِي الْآخِرَةِ لِمَنْ يُخَالِفُهَا.

 

 

 

Kalam Hikmah Para Ulama

1.       Imam Al-Ghazali: "Barang siapa yang membiarkan dirinya terbuai oleh kemewahan dunia, maka ia akan kehilangan kenikmatan akhirat. Sutra dan emas adalah ujian bagi kaum laki-laki yang sejatinya menuntut kebersahajaan dan kesederhanaan."

 

كَلِمَاتُ الْحِكْمَةِ لِلْعُلَمَاءِ

الْإِمَامُ الْغَزَالِيُّ:

"مَنْ تَرَكَ نَفْسَهُ تَنْخَدِعُ بِزَخَارِفِ الدُّنْيَا، فَسَيَفْقِدُ نِعَمَ الْآخِرَةِ. الْحَرِيرُ وَالذَّهَبُ اِخْتِبَارٌ لِلرِّجَالِ الَّذِينَ يَطْلُبُونَ الْبَسَاطَةَ وَالزُّهْدَ."

 

 

 

2.      Imam Al-Junaidi: "Kebesaran seorang mukmin bukanlah pada kemewahan yang dikenakannya, melainkan pada ketakwaan dan kezuhudan yang ada di dalam hatinya. Menjauhi sutra dan emas adalah langkah menuju kesucian hati."

 

الْإِمَامُ الْجُنَيْدُ:

"عَظَمَةُ الْمُؤْمِنِ لَيْسَتْ فِي التَّرَفِ الَّذِي يَرْتَدِيهِ، بَلْ فِي التَّقْوَى وَالزُّهْدِ الَّذِي فِي قَلْبِهِ. اِجْتِنَابُ الْحَرِيرِ وَالذَّهَبِ هُوَ خُطْوَةٌ نَحْوَ نَقَاءِ الْقَلْبِ."

 

 

 

3.      Syekh Abdul Qadir Al-Jailani: "Janganlah engkau tertipu oleh gemerlapnya dunia. Ketahuilah, bahwa setiap larangan Allah memiliki hikmah besar. Menghindari sutra dan emas adalah bentuk kepatuhan yang mendekatkanmu kepada ridha-Nya."

 

الشَّيْخُ عَبْدُ الْقَادِرِ الْجَيْلَانِيُّ:

"لَا تَخْدَعْكَ بَرِيقُ الدُّنْيَا. اِعْلَمْ أَنَّ كُلَّ تَحْرِيمٍ مِنَ اللَّهِ لَهُ حِكْمَةٌ عَظِيمَةٌ. اِجْتِنَابُ الْحَرِيرِ وَالذَّهَبِ هُوَ شَكْلٌ مِنْ أَشْكَالِ الطَّاعَةِ الَّتِي تُقَرِّبُكَ إِلَى رِضَاهُ."

 

 

 

Penutup

Dalam Islam, larangan mengenakan sutra dan emas bagi laki-laki bukan semata-mata tanpa alasan. Larangan ini memiliki hikmah untuk menghindarkan umat Islam dari sifat sombong, berlebihan, dan cinta dunia yang berlebihan. Dengan menjauhi hal-hal tersebut, seorang muslim diharapkan dapat lebih fokus pada ibadah dan ketaatan kepada Allah SWT. Wallahu a'lam bishawab.

 

الْخَاتِمَةُ

فِي الْإِسْلَامِ، تَحْرِيمُ لُبْسِ الْحَرِيرِ وَالذَّهَبِ عَلَى الرِّجَالِ لَيْسَ بِدُونِ سَبَبٍ. هَذَا التَّحْرِيمُ لَهُ حِكْمَةٌ فِي مَنْعِ الْمُسْلِمِينَ مِنَ الْغُرُورِ، وَالْإِسْرَافِ، وَحُبِّ الدُّنْيَا الْمُفْرِطِ. مِنْ خِلَالِ تَجَنُّبِ هَذِهِ الْأَشْيَاءِ، يُؤْمَلُ أَنْ يَكُونَ الْمُسْلِمُ أَكْثَرَ تَرْكِيزًا عَلَى الْعِبَادَةِ وَالطَّاعَةِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى. وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ.