Minggu, 04 Agustus 2024

DUROH AL-BAQOROH 236 || TAFSIR JALALAIN JUZ I

 

 

 

 

 

 

Al-Baqarah Ayat 236

 

لَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِنْ طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ مَا لَمْ تَمَسُّوْهُنَّ اَوْ تَفْرِضُوْا لَهُنَّ فَرِيْضَةًۖ وَّمَتِّعُوْهُنَّ عَلَى الْمُوْسِعِ قَدَرُهٗ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهٗۚ مَتَاعًا ۢ بِالْمَعْرُوْفِۚ حَقًّا عَلَى الْمُحْسِنِيْنَ ۝٢٣٦

 

 

 

236. Tidak ada dosa bagimu (untuk tidak membayar mahar) jika kamu menceraikan istri-istrimu yang belum kamu sentuh (campuri) atau belum kamu tentukan maharnya. Berilah mereka mut ah, bagi yang kaya sesuai dengan kemampuannya dan bagi yang miskin sesuai dengan kemampuannya pula, sebagai pemberian dengan cara yang patut dan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat ihsan.

 

 

Tafsir jalalain:

 

 

236. (Tidak ada dosa bagi kamu, jika kamu menceraikan istri-istrimu sebelum kamu menyentuh mereka) menurut satu qiraat, 'tumaassuuhunna' artinya mencampuri mereka (atau) sebelum (kamu menentukan maharnya), maksudnya maskawinnya. 'Ma' mashdariyah zharfiyah, maksudnya tak ada risiko atau tanggung jawabmu dalam perceraian sebelum campur dan sebelum ditentukannya berapa mahar, maka ceraikanlah mereka itu. (Dan hendaklah kamu beri mereka itu 'mutah') atau pemberian yang akan menyenangkan hati mereka; (bagi yang mampu) maksudnya yang kaya di antaramu (sesuai dengan kemampuannya, sedangkan bagi yang melarat) atau miskin (sesuai dengan kemampuannya pula). Ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tentang derajat atau kedudukan istri (yaitu pemberian) atau hiburan (menurut yang patut) menurut syariat dan menjadi sifat bagi mata`an. Demikian itu (merupakan kewajiban) 'haqqan' menjadi sifat yang kedua atau mashdar yang memperkuat (bagi orang-orang yang berbuat kebaikan) atau orang-orang yang taat.

 

{ لاَّ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ مَا لَمْ تَمَسُّوهُنَّ } وَفِي قِرَاءَةٍ ( تُماسُّوهُنَّ ) أَيْ تُجَامِعُوهُنَّ { أَوْ } لَمْ { تَفْرِضُواْ لَهُنَّ فَرِيضَةً } مَهْرًا وَ ( مَا ) مَصْدَرِيَّةٌ ظَرْفِيَّةٌ أَيْ لَا تَبِعَةَ عَلَيْكُمْ فِي الطَّلَاقِ - زَمَنَ عَدَمِ الْمَسِيسِ وَالْفَرْضِ - بِإِثْمٍ وَلَا مَهْرٍ فَطَلِّقُوهُنَّ { وَمَتِّعُوهُنَّ } أَعْطُوهُنَّ مَا يَتَمَتَّعْنَ بِهِ { عَلَى الْمُوسِعِ } الْغَنِيِّ مِنْكُمْ { قَدَرُهُ وَعَلَى الْمُقْتِرِ } الضَّيِّقِ الرِّزْقِ { قَدَرُهُ } يُفِيدُ أَنَّهُ لَا نَظَرَ إِلَى قَدَرِ الزَّوْجَةِ { مَتَاعًا } تَمْتِيعًا { بِالْمَعْرُوفِ } شَرْعًا صِفَةٌ ( مَتَاعًا ) { حَقًّا } صِفَةٌ ثَانِيَةٌ أَوْ مَصْدَرٌ مُؤَكِّدٌ { عَلَى الْمُحْسِنِينَ } الْمُطِيعِينَ

 

 

 

Tafsir Wajiz:

Pada ayat berikut Allah menjelaskan hukum terkait perceraian antara suami dan istri yang belum dicampuri dan belum ditetapkan maskawinnya. Tidak ada dosa atau tidak apa-apa bagimu, wahai para suami, jika kamu menceraikan istri-istri kamu yang belum kamu sentuh, yakni belum kamu campuri, atau belum kamu tentukan maharnya, untuk tidak memberikan maharnya. Dan hendaklah kamu beri mereka mut'ah, yaitu sesuatu yang diberikan sebagai penghibur kepada istri yang diceraikan, selain nafkah. Bagi yang mampu dianjurkan memberi mut'ah menurut kemampuannya dan bagi yang tidak mampu tetap dituntut untuk memberi mut'ah menurut kesanggupannya, yaitu pemberian dengan cara yang patut dan tidak menyakiti hatinya atau menyinggung perasaannya. Yang demikian itu merupakan kewajiban bagi orang-orang yang senantiasa berbuat kebaikan yang dibuktikan dengan selalu siap berkorban.