|
||||
TAFSIR
AL-BAQOROH AYAT 243 |
||||
|
||||
۞
اَلَمْ تَرَ
اِلَى
الَّذِيْنَ
خَرَجُوْا مِنْ
دِيَارِهِمْ
وَهُمْ
اُلُوْفٌ
حَذَرَ الْمَوْتِۖ
فَقَالَ
لَهُمُ اللّٰهُ
مُوْتُوْاۗ
ثُمَّ
اَحْيَاهُمْۗ
اِنَّ اللّٰهَ
لَذُوْ
فَضْلٍ
عَلَى
النَّاسِ
وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ
النَّاسِ
لَا
يَشْكُرُوْنَ
٢٤٣ |
||||
|
|
|
||
243. Tidakkah
kamu perhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan
jumlah mereka beribu-ribu disebabkan takut mati Maka firman Allah kepada
mereka, "Matilah kamu!" kemudian mereka dihidupkan-Nya kembali Sesungguhnya
Allah mempunyai karunia terhadap manusia tetapi kebanyakan manusia tidak
bersyukur. |
||||
Tafsir Jalalain: |
|
|
||
243. (Tidakkah
kamu perhatikan) pertanyaan disertai keanehan dan dorongan untuk mendengar
apa yang dibicarakan sesudah itu (orang-orang yang keluar dari kampung
halaman mereka, sedangkan jumlah mereka beribu-ribu) ada yang
mengatakan empat, delapan atau sepuluh ribu serta ada pula yang mengatakan
berjumlah tiga puluh, empat puluh atau tujuh puluh ribu (disebabkan
takut mati) sebagai maf`ul liajlih. Mereka ini ialah segolongan Bani
Israel yang ditimpa oleh wabah sampar hingga lari meninggalkan
negeri mereka. (Maka firman Allah kepada mereka, "Matilah
kamu!") hingga mereka pun mati, (kemudian mereka
dihidupkan-Nya kembali), yakni setelah delapan hari atau lebih, atas
doa Nabi mereka yang bernama Hizqil. Ada beberapa lamanya mereka hidup tetapi
bekas kematian tanda-tandanya terdapat pada diri mereka, tidak memakai
pakaian kecuali nanti berbalik menjadi kain kafan, dan peristiwa ini menjadi
buah tutur sampai kepada anak-anak mereka. (Sesungguhnya Allah
mempunyai karunia terhadap manusia) di antaranya menghidupkan mereka
tadi, (tetapi kebanyakan manusia) yakni orang-orang kafir (tidak
bersyukur). Adapun tujuan menyebutkan tentang orang-orang itu di sini
ialah untuk merangsang semangat orang-orang beriman untuk berperang
(Berjuang) dan itulah sebabnya dihubungkan kepadanya. |
|
{ أَلَمْ
تَرَ }
اِسْتِفْهَامُ
تَعْجِيبٍ
وَتَشْوِيقٍ
إِلَى
اِسْتِمَاعِ
مَا
بَعْدَهُ
أَيْ أَلَمْ
يَنْتَهِ
عِلْمُكَ {
إِلَى
الَّذِينَ
خَرَجُواْ
مِنْ دِيَارِهِمْ
وَهُمْ
أُلُوفٌ }
أَرْبَعَةٌ
أَوْ ثَمَانِيَةٌ
أَوْ
عَشَرَةٌ
أَوْ
ثَلَاثُونَ أَوْ
أَرْبَعُونَ
أَوْ
سَبْعُونَ
أَلْفًا { حَذَرَ
الْمَوْتِ }
مَفْعُولٌ
لَهُ وَهُمْ
قَوْمٌ مِنْ
بَنِي
إِسْرَائِيلَ
وَقَعَ
الطَّاعُونُ
بِبِلَادِهِمْ
فَفَرُّوا {
فَقَالَ
لَهُمُ
اللَّهُ
مُوتُواْ }
فَمَاتُوا {
ثُمَّ أَحْيَاهُمْ
} بَعْدَ
ثَمَانِيَةِ
أَيَّامٍ
أَوْ
أَكْثَرَ
بِدُعَاءِ
نَبِيِّهِمْ
حِزْقِيلَ
بِكَسْرِ
الْمُهْمَلَةِ
وَالْقَافِ
وَسُكُونِ
الزَّايِ
فَعَاشُوا
دَهْرًا
عَلَيْهِمْ
أَثَرُ
الْمَوْتِ
لَا
يَلْبَسُونَ
ثَوْبًا
إِلَّا
عَادَ
كَالْكَفَنِ
وَاسْتَمَرَّتْ
فِي أَسْبَاطِهِمْ
{ إِنَّ
اللَّهَ
لَذُو فَضْلٍ
عَلَى
النَّاسِ }
وَمِنْهُ
إِحْيَاءُ
هَؤُلَاءِ {
وَلَكِنْ
أَكْثَرَ
النَّاسِ }
وَهُمْ الْكُفَّارُ
{ لَا
يَشْكُرُونَ
}
وَالْقَصْدُ
مِنْ ذِكْرِ
خَبَرِ
هَؤُلَاءِ
تَشْجِيعُ
الْمُؤْمِنِينَ
عَلَى
الْقِتَالِ
وَلِذَا
عُطِفَ عَلَيْهِ |
||
Tafsir Wajiz : |
|
|
||
Pada ayat
ini Allah menegaskan bahwa tidak ada
seorang pun bisa lari dari takdir
Allah. Tidakkah kamu memperhatikan, yakni mendengar kisah orang-orang
yang keluar dari kampung halamannya, sedang jumlahnya ribuan karena takut mati? Padahal
Rasulullah melarang seseorang untuk keluar dari daerahnya
yang terjangkit wabah penyakit. Lalu apabila
Allah berfirman kepada mereka, "Matilah kalian! "pasti kalian akan mati tanpa
bisa menghindar, karena hidup dan mati ada
di tangan-Nya, dan kematian pasti datang meski tanpa sebab. Kemudian Allah menghidupkan mereka, artinya mereka terselamatkan dari musuh karena
sebagian mereka ada yang ingin maju berjihad. Inilah karunia Allah. Sesungguhnya Allah memberikan karunia, yakni pemberian
lebih, kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur, karena
ketidakmampuan manusia memahami jenis-jenis nikmat yang dianugerahkan Allah. |
||||
Tafsir Tahlili: |
|
|
||
Dalam ayat
ini, Allah memberikan tamsil atau perumpamaan
bagi suatu kelompok masyarakat yang patah semangatnya, tidak mau berjuang
untuk kemajuan masyarakat dan agamanya. Dengan ayat ini, Allah memberi-kan semangat agar sifat-sifat tersebut jangan dicontoh dan hendaklah manusia gigih berjuang untuk kejayaan bangsa dan agama. Dijelaskan juga berita orang yang lari dari tanah
airnya di mana jumlah mereka ribuan banyaknya. Seharusnya mereka gagah berani, mampu mempertahankan tanah airnya, tetapi mereka lemah kehilangan semangat karena takut mati. Yang tergambar dalam pikiran mereka yang melarikan diri itu adalah jalan
keselamatan. Sedangkan yang terjadi sebaliknya, yaitu larinya mereka
itu berarti memperkokoh kedudukan musuh untuk menjajah mereka dengan mudah. Kepada mereka yang penakut seperti ini, Allah berfirman, "Hancurlah kamu karena kamu
adalah pengecut." Kemudian setelah datang kesadaran mereka untuk bersatu kembali, Allah memberikan rahmat-Nya dengan menghidupkan semangat mereka kembali sehingga mereka bangkit mengumpulkan kekuatan untuk melepaskan diri dari perbudakan
kaum penjajah karena Allah mempunyai karunia, Maha Penyantun terhadap manusia, namun demikian manusia tidak bersyukur kepada-Nya. Sungguh pun Allah menghidupkan semangat mereka kembali sebagai
karunia-Nya, namun masih banyak yang tidak bersyukur kepada-Nya. Dari ayat ini dapat
diambil pelajaran bahwa apabila suatu umat selalu
menentang ajaran Allah, maka umat ini
akan selalu mendapat bahaya dengan berbagai cobaan dari-Nya. Hal ini telah menjadi
sunatullah bagi umat-umat terdahulu sampai sekarang. Menurut sebagian ahli tafsir, ayat ini memberikan suatu
pelajaran berupa contoh perbandingan bagi umat yang mati jiwanya, yang lari dari
negerinya karena tidak mempunyai tanggung jawab untuk mempertahankan-nya,
sehingga negeri mereka menjadi jajahan. Rakyat yang ada di dalamnya menderita kemelaratan, penghinaan, dan kemiskinan karena mereka diperlakukan sebagai budak oleh golongan yang berkuasa yang datang dari luar. Tetapi
setelah masa itu berlalu, dengan kesadaran yang diberikan Allah kepada mereka jiwa mereka
hidup kembali. Mereka bangun serentak mengusir penguasa-penguasa zalim. Ini karunia dari
Allah yang Mahakuasa dan Maha Penyayang. |
||||
Tafsir Ibnu Katsir: |
|
|
||
Diriwayatkan dari
Ibnu Abbas bahwa jumlah mereka adalah empat ribu orang, dan diriwayatkan pula
darinya bahwa jumlah mereka adalah delapan ribu orang. Abu Saleh berkata, jumlah
mereka adalah sembilan ribu orang. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas pula bahwa
jumlah mereka adalah empat puluh ribu orang. |
|
رُوِيَ عَنْ
اِبْنِ
عَبَّاسٍ
أَنَّهُمْ
كَانُوا
أَرْبَعَةَ
آلَافٍ
وَعَنْهُ:
كَانُوا
ثَمَانِيَةَ
آلَافٍ.
وَقَالَ
أَبُو صَالِحٍ:
تِسْعَةَ
آلَافٍ
وَعَنْ
اِبْنِ
عَبَّاسٍ: أَرْبَعُونَ
أَلْفًا |
||
|
|
|
||
Wahb ibnu Munabbih
dan Abu Malik mengatakan, mereka terdiri atas tiga puluh ribu orang lebih.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa mereka
adalah penduduk sebuah kota yang dikenal dengan nama jawurdan. Hal yang sama
dikatakan oleh As-Saddi dan Abu Saleh, tetapi ditambahkan bahwa mereka dari
arah Wasit. |
|
وَقَالَ
وَهْبُ بْنُ
مُنَبِّهٍ
وَأَبُو مَالِكٍ:
كَانُوا
بَضْعَةً
وَثَلَاثِينَ
أَلْفًا وَرَوَى
اِبْنُ
أَبِي
حَاتِمٍ
عَنْ اِبْنِ
عَبَّاسٍ
قَالَ:
كَانُوا
أَهْلَ
قَرْيَةٍ
يُقَالُ
لَهَا:
دَاوَرْدَانُ.
وَكَذَا
قَالَ السُّدِّيُّ
وَأَبُو
صَالِحٍ
وَزَادَ:
مِنْ قَبْلِ
وَاسِطٍ. |
||
|
|
|
||
Sa'id ibnu Abdul Aziz
mengatakan bahwa mereka adalah penduduk negeri Azri'at Sedangkan menurut Ibnu
Juraij, dari Ata, hal ini hanyalah semata-mata misal (perumamaan) saja. Ali ibnu Asim
mengatakan bahwa mereka adalah penduduk kota Zawurdan yang jauhnya satu
farsakh dari Arah Wasit. |
|
وَقَالَ
سَعِيدُ
بْنُ عَبْدِ
الْعَزِيزِ:
كَانُوا
مِنْ أَهْلِ
أَذْرَعَاتٍ،
وَقَالَ اِبْنُ
جُرَيْجٍ
عَنْ
عَطَاءٍ
قَالَ: هَذَا مَثَلٌ.
وَقَالَ
عَلِيُّ
بْنُ
عَاصِمٍ:
كَانُوا: مِنْ
أَهْلِ
دَاوَرْدَانَ:
قَرْيَةٍ
عَلَى فَرْسَخٍ
مِنْ
وَاسِطٍ. |
||
|
|
|
||
Waki' Ibnul Jarrah di
dalam kitab tafsirnya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari
Maisarah ibnu Habib An-Nahdi, dari Al-Minhal ibnu Amr Al-Asadi, dari Sa'id
ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan deagan firman-Nya: Apakah kamu tidak
memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan
mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. |
|
وَقَالَ
وَكِيعُ
بْنُ
الْجَرَّاحِ
فِي تَفْسِيرِهِ:
حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ
عَنْ مَيْسَرَةَ
بْنِ
حَبِيبٍ
النَّهْدِيِّ،
عَنِ
الْمِنْهَالِ
بْنِ
عَمْرٍو
الْأَسَدِيِّ
عَنْ
سَعِيدِ
بْنِ
جُبَيْرٍ
عَنْ اِبْنِ
عَبَّاسٍ: (أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ) |
||
|
|
|
||
Ibnu Abbas mengatakan
bahwa banyak dari mereka memiliki empat ribu orang, mereka keluar
meninggalkan kampung halamannya untuk menghindari penyakit ta'un yang sedang
melanda negeri mereka. Mereka berkata, “Kita akan mendatangi suatu tempat
yang tiada kematiannya.” Ketika mereka sampai di tempat anu dan anu, maka
Allah berfirman kepada mereka: Matilah kalian! Maka mereka semuanya mati.
Kemudian lewatlah kepada mereka seorang nabi, lalu nabi itu berdoa kepada
Allah agar mereka dihidupkan kembali, maka Allah menghidupkan mereka. Yang
demikian itu dinyatakan dalam firman-Nya: Apakah kamu tidak
memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan
mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. , hingga akhir ayat. |
|
قَالَ:
كَانُوا
أَرْبَعَةَ
آلَافٍ
خَرَجُوا فِرَارًا
مِنَ
الطَّاعُونِ
قَالُوا:
نَأْتِي
أَرْضًا
لَيْسَ
بِهَا
مَوْتٌ
حَتَّى إِذَا
كَانُوا
بِمَوْضِعٍ
كَذَا
وَكَذَا
قَالَ اللهُ
لَهُمْ
مُوتُوا
فَمَاتُوا
فَمَرَّ عَلَيْهِمْ
نَبِيٌّ
مِنَ
الْأَنْبِيَاءِ
فَدَعَا
رَبَّهُ
أَنْ
يُحْيِيَهُمْ
فَأَحْيَاهُمْ،
فَذَلِكَ
قَوْلُهُ
عَزَّ
وَجَلَّ: (أَلَمْ
تَرَ إِلَى
الَّذِينَ
خَرَجُوا
مِنْ
دِيَارِهِمْ
وَهُمْ
أُلُوفٌ
حَذَرَ الْمَوْتِ)
الْآيَةَ. |
||
|
|
|
||
Bukan hanya seorang
saja dari kalangan ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah suatu kaum penduduk
suatu negeri di zaman salah seorang nabi Bani Israil. Mereka bertempat
tinggal di kemah-kemahnya di tanah kampung halaman mereka. Akan tetapi,
datanglah wabah penyakit yang menular, menimpa mereka. Akhirnya mereka keluar
menghindari maut ke daerah-daerah pedalaman. |
|
وَذَكَرَ غَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ السَّلَفِ أَنَّ هَؤُلَاءِ الْقَوْمَ كَانُوا أَهْلَ بَلْدَةٍ فِي زَمَانِ بَنِي إِسْرَائِيلَ اِسْتَوْخَمُوا أَرْضَهُمْ وَأَصَابَهُمْ بِهَا وَبَاءٌ شَدِيدٌ فَخَرَجُوا فِرَارًا مِنَ الْمَوْتِ إِلَى الْبَرِّيَّةِ، |
||
|
|
|
||
Mereka bertempat di
sebuah lembah yang luas, dan jumlah mereka yang banyak memenuhi lembah
tersebut. Maka Allah mengirimkan dua malaikat kepada mereka, salah satunya dari
bawah lembah, sedangkan yang lainnya datang dari atas. Kedua malaikat itu
memekik sekali pelik di antara mereka, akhirnya matilah mereka semuanya
seperti halnya seseorang mati. Kemudian mereka dikumpulkan di kandang-kandang
ternak, lalu di sekitar mereka dibangun tembok-tembok (yang mengelilingi)
mereka. Mereka semuanya binasa dan tercabik-cabik serta berantakan. |
|
فَنَزَلُوا
وَادِيًا
أَفْيَحَ،
فَمَلَأُوا
مَا بَيْنَ
عَدْوَتَيْهِ
فَأَرْسَلَ
اللهُ
إِلَيْهِمْ
مَلَكَيْنِ
أَحَدُهُمَا
مِنْ
أَسْفَلِ
الْوَادِي
وَالْآخَرُ
مِنْ
أَعْلَاهُ
فَصَاحَا
بِهِمْ
صَيْحَةً
وَاحِدَةً
فَمَاتُوا
عَنْ آخِرِهِمْ
مَوْتَةَ
رَجُلٍ
وَاحِدٍ
فَحِيزُوا
إِلَى
حَظَائِرَ
وَبُنِيَ
عَلَيْهِمْ
جُدْرَانٌ
وَقُبُورٌ
[وَفَنَوْا]
وَتَمَزَّقُوا
وَتَفَرَّقُوا |
||
|
|
|
||
Setelah lewat masa satu
tahun, lewatlah kepada mereka seorang nabi dari kalangan nabi-nabi Bani
Israil yang dikenal dengan sebutan Hizqil. Lalu Nabi Hizqil meminta kepada
Allah agar mereka dihidupkan kembali di hadapannya, dan Allah memperkenankan
permintaan tersebut. Allah memerintahkannya agar mengucapkan, “Hai tulang
belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kamu agar
berkumpul kembali!” Maka tergabunglah tulang-belulang tiap jasad sebagian
yang lain menyatu dengan yang lainnya. |
|
فَلَمَّا كَانَ بَعْدَ دَهْرٍ مَرَّ بِهِمْ نَبِيٌّ مِنْ أَنْبِيَاءِ بَنِي إِسْرَائِيلَ يُقَالُ لَهُ: حَزْقِيلُ فَسَأَلَ اللهَ أَنْ يُحْيِيَهُمْ عَلَى يَدَيْهِ فَأَجَابَهُ إِلَى ذَلِكَ وَأَمَرَهُ أَنْ يَقُولَ: أَيَّتُهَا الْعِظَامُ الْبَالِيَةُ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكِ أَنْ تَجْتَمِعِي، فَاجْتَمَعَتْ عِظَامُ كُلِّ جَسَدٍ بَعْضُهَا إِلَى بَعْضٍ، |
||
|
|
|
||
Kemudian Allah
memerintahkan kepada nabi tersebut untuk mengucapkan, “Hai tulang-belulang
yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk memakai daging,
urat, dan kulitmu!” Maka terjadilah hal tersebut, sedangkan nabi
menyaksikannya. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ
وَ تَعَالَى memerintahkan kepada nabi
untuk mengatakan.”Hai para arwah, sesungguhnya Allah memerintahkanmu agar
setiap roh kembali kepada jasad yang pernah masukinya!” Maka mereka bangkit
hidup kembali seraya berpandangan, Allah telah menghidupkan mereka dari
tidurnya yang cukup panjang itu, sedangkan mereka mengucapkan kalimat
berikut: Mahasuci Engkau, tidak ada Tuhan selain Engkau. |
|
ثُمَّ
أَمَرَهُ
فَنَادَى:
أَيَّتُهَا
الْعِظَامُ
إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكِ
بِأَنْ
تَكْتَسِيَ
لَحْمًا
وَعَصَبًا
وَجِلْدًا.
فَكَانَ ذَلِكَ،
وَهُوَ
يُشَاهِدُهُ
ثُمَّ
أَمَرَهُ
فَنَادَى:
أَيَّتُهَا
الْأَرْوَاحُ
إِنَّ اللهَ
يَأْمُرُكِ
أَنْ
تَرْجِعَ
كُلُّ رُوحٍ
إِلَى الْجَسَدِ
الَّذِي
كَانَتْ
تَعْمُرُهُ.
فَقَامُوا
أَحْيَاءً
يَنْظُرُونَ
قَدْ
أَحْيَاهُمُ
اللهُ
بَعْدَ
رَقْدَتِهِمُ
الطَّوِيلَةِ،
وَهُمْ
يَقُولُونَ:
سُبْحَانَكَ
[اللَّهُمَّ
رَبَّنَا
وَبِحَمْدِكَ]
لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ. |
||
Dihidupkan-Nya
kembali mereka merupakan pelajaran dan bukti yang akurat yang menunjukkan
bahwa kelak di hari berhenti jasad akan dibangkitkan hidup kembali. Karena
itulah Allah سُبْحَانَهُ
وَ تَعَالَى berfirman: "Sesungguhnya
Allah mempunyai karunia terhadap manusia." Yakni melalui ayat-ayat
(tanda-tanda) yang jelas yang diperlihatkan kepada mereka, hujah-hujah yang
kuat, dan dalil-dalil yang akurat. "Namun,
kebanyakan manusia tidak bersyukur". Yakni mereka tidak
menunaikan syukurnya atas limpahan nikmat yang telah diberikan Allah kepada
mereka dalam urusan agama dan keduniawian mereka. |
|
وَكَانَ فِي
إِحْيَائِهِمْ
عِبْرَةٌ
وَدَلِيلٌ
قَاطِعٌ
عَلَى
وُقُوعِ
الْمَعَادِ
الْجِسْمَانِيِّ
يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
وَلِهَذَا
قَالَ: (إِنَّ
اللهَ لَذُو
فَضْلٍ عَلَى
النَّاسِ)
أَيْ: فِيمَا
يُرِيهِمْ
مِنَ
الْآيَاتِ
الْبَاهِرَةِ
وَالْحُجَجِ
الْقَاطِعَةِ
وَالدَّلَالَاتِ
الدَّامِغَةِ،
(وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ
النَّاسِ
لَا يَشْكُرُونَ)
أَيْ: لَا
يَقُومُونَ
بِشُكْرِ
مَا أَنْعَمَ
اللهُ بِهِ
عَلَيْهِمْ
فِي دِينِهِمْ
وَدُنْيَاهُمْ. |
||
|
|
|
||
Di dalam kisah ini
terkandung pelajaran dan dalil yang menunjukkan bahwa tidak ada bahaya
kewaspadaan dalam menghadapi takdir, dan tidak ada tempat perlindungan dari
Allah kecuali hanya kepada Dia. Karena sesungguhnya mereka keluar untuk
tujuan melarikan diri dari wabah penyakit mematikan yang menimpa mereka agar
hidup mereka panjang. Akan tetapi, pada akhirnya nasib yang menimpa mereka
adalah kebalikan dari apa yang mereka dambakan, dan datanglah maut dengan
cepat sekaligus membinasakan mereka semuanya. |
|
وَفِي
هَذِهِ
الْقِصَّةِ
عِبْرَةٌ
وَدَلِيلٌ
عَلَى
أَنَّهُ
لَنْ
يُغْنِيَ
حَذَرٌ مِنْ
قَدَرٍ
وَأَنَّهُ
لَا
مَلْجَأَ
مِنَ اللهِ
إِلَّا
إِلَيْهِ،
فَإِنَّ
هَؤُلَاءِ
فَرُّوا
مِنَ
الْوَبَاءِ
طَلَبًا
لِطُولِ الْحَيَاةِ
فَعُومِلُوا
بِنَقِيضِ
قَصْدِهِمْ
وَجَاءَهُمُ
الْمَوْتُ
سَرِيعًا
فِي آنٍ
وَاحِدٍ. |
||
|
|
|
||
Termasuk ke dalam
pengertian ini adalah sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Disebutkan bahwa: telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan
kepada kami Malik dan Abdur Razzaq, telah meneeritakan kepada kami Ma'mar,
keduanya meriwayatkan hadis berikut dari Az-Zuhri, dari Abdul Hamid ibnu
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnul Khattab, dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal,
dari Abdullah ibnu Abbas, bahwa Khalifah Umar ibnul Khattab berangkat menuju
negeri Syam. Ketika ia sampai di Sarg, para pemimpin pasukan yang terdiri
atas Abu Ubaidah ibnul Jarrah dan teman-temannya datang menjumpainya. Lalu
mereka memberitahukan kepadanya bahwa wabah penyakit yang mematikan sedang
melanda negeri Syam. Maka Khalifah Umar binul Khattab menuturkan hadis
mengenai hal ini. Abdur Rahman ibnu Auf —yang tadinya tidak ada di tempat
karena mempunyai suatu keperluan— datang, lalu ia berkata memberikan
buktinya, bahwa sesungguhnya ia mempunyai suatu pengetahuan tentang masalah
ini. Ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ bersabda: Apabila wabah
berada di suatu tempat, sedangkan kalian berada di dalamnya, maka janganlah
kalian untuk keluar menghindarinya. Dan jika kalian mendengar
suatu wabah sedang melanda suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya.
Akhirnya Khalifah Umar mengucapkan hamdalah (memuji kepada Allah atas
kesaksian tersebut), lalu ia kembali. |
|
وَمِنْ
هَذَا
الْقَبِيلِ
الْحَدِيثُ
الصَّحِيحُ
الَّذِي
رَوَاهُ
الْإِمَامُ
أَحْمَدُ:
حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ
بْنُ عِيسَى
أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ
وَعَبْدُ
الرَّزَّاقِ
أَخْبَرَنَا
مَعْمَرٌ
كِلَاهُمَا
عَنِ
الزُّهْرِيِّ
عَنْ عَبْدِ
الْحَمِيدِ بْنِ
عَبْدِ
الرَّحْمَنِ
بْنِ زَيْدٍ
[بْنِ أَسْلَمَ]
بْنِ الْخَطَّابِ
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ
الْحَارِثِ
بْنِ
نَوْفَلٍ
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ:
أَنَّ
عُمَرَ بْنَ
الْخَطَّابِ
خَرَجَ
إِلَى
الشَّامِ
حَتَّى
إِذَا كَانَ
بِسَرْغَ
لَقِيَهُ
أُمَرَاءُ
الْأَجْنَادِ:
أَبُو
عُبَيْدَةَ
بْنُ
الْجَرَّاحِ
وَأَصْحَابُهُ
فَأَخْبَرُوهُ
أَنَّ
الْوَبَاءَ
قَدْ وَقَعَ بِالشَّامِ
فَذَكَرَ
الْحَدِيثَ
فَجَاءَهُ
عَبْدُ
الرَّحْمَنِ
بْنُ عَوْفٍ
وَكَانَ
مُتَغَيِّبًا
لِبَعْضِ
حَاجَتِهِ
فَقَالَ:
إِنَّ
عِنْدِي
مِنْ هَذَا
عِلْمًا،
سَمِعْتُ
رَسُولَ
اللهِ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ:
"إِذَا كَانَ
بِأَرْضٍ
وَأَنْتُمْ
فِيهَا
فَلَا
تَخْرُجُوا
فِرَارًا
مِنْهُ،
وَإِذَا
سَمِعْتُمْ
بِهِ
بِأَرْضٍ
فَلَا تُقْدِمُوا
عَلَيْهِ"
فَحَمِدَ
اللهَ
عُمَرُ ثُمَّ
اِنْصَرَفَ. |
||
|
|
|
||
Imam Bukhari dan Imam
Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya masing-masing melalui hadis
Az-Zuhri dengan lafaz sama, sebagiannya melalui jalur yang lain. |
|
وَأَخْرَجَاهُ
فِي
الصَّحِيحَيْنِ
مِنْ حَدِيثِ
الزُّهْرِيِّ
بِهِ.طَرِيقٌ
أُخْرَى
لِبَعْضِهِ: |
||
Imam Ahmad berkata:
telah menceritakan kepada kami Hajjaj dan Yazid Al-Ama, keduanya mengatakan,
telah meneeritakan kepada kami Ibnu Abu Zu'aib, dari Az-Zuhri, dari Salim,
dari Abdullah ibnu Amir ibnu Rabi'ah, bahwa Abdur Rahman ibnu Auf pernah
meneeritakan kepada Khalifah Umar hadis berikut dari Nabi صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ketika Umar berada di negeri
Syam, yaitu: Sesungguhnya wabah ini pernah menimpa umat-umat sebelum kalian
sebagai azab. Oleh karena itu, jika kalian mendengar wabah ini berada di
suatu daerah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan apabila ia berada di
suatu daerah, sedangkan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian
keluar darinya karena menghindarinya. Maka Umar (dan pasukannya) kembali lagi
(ke Madinah) dari Syam. Imam Bukhari dan Imam
Muslim mengetengahkannya di dalam kitab Sahihain melalui hadis Malik, dari
Az-Zuhri dengan lafaz yang semisal. |
|
قَالَ
أَحْمَدُ:
حَدَّثَنَا
حَجَّاجٌ
وَيَزِيدُ
الْعُمِّيُّ
قَالَا:
أَخْبَرَنَا
اِبْنُ
أَبِي
ذِئْبٍ عَنِ
الزُّهْرِيِّ
عَنْ سَالِمٍ
عَنْ عَبْدِ
اللهِ بْنِ
عَامِرِ
بْنِ رَبِيعَةَ:
أَنَّ
عَبْدَ
الرَّحْمَنِ
بْنَ عَوْفٍ
أَخْبَرَ
عُمَرَ،
وَهُوَ فِي
الشَّامِ
عَنِ
النَّبِيِّ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
"أَنَّ هَذَا
السُّقْمَ
عُذِّبَتْ
بِهِ
الْأُمَمُ
قَبْلَكُمْ،
فَإِذَا سَمِعْتُمْ
بِهِ فِي
أَرْضٍ
فَلَا
تَدْخُلُوهَا
وَإِذَا وَقَعَ
بِأَرْضٍ
وَأَنْتُمْ
فِيهَا
فَلَا تَخْرُجُوا
فِرَارًا
مِنْهُ"
قَالَ:
فَرَجَعَ
عُمَرُ مِنَ
الشَّامِ. وَأَخْرَجَاهُ
فِي
الصَّحِيحَيْنِ
مِنْ حَدِيثِ
مَالِكٍ
عَنِ
الزُّهْرِيِّ
بِنَحْوِهِ. |
||
|
||||
|
|
|
||