Risalah Aswaja Syeikh Hasyim Asy’ari Bagian-3 ini menjelaskan tentang perlunya kembali pada ajaran Al Shalaf al-Sholih; yang tergabung dalam apa yang disebut dengan Al Sawad Al A’dhom, yaitu mereka yang konsisten memegangi kebenaran (Ahli al-Haq) adalah mereka yang menjadi pengikut Imam Madzhab yang Empat (Al-Madzahib al-Arba’ah). Bagian ini juga memuat tentang perlunya mengikuti salah satu Madzhab yang Empat, sebab dengan mengikuti satu madzhab tertentu akan lebih dapat terfokus pada satu nilai kebenaran yang haqiqi, lebih dapat memahami secara mendalam dan akan lebih memudahkan dalam mengimplementasikan amalan. Dengan menentukan pada satu pilihan madzhab inilah berarti ia telah pula melakukan jalan yang juga ditempuh oleh Al Salaafuna al Shaalih.
PASALMENJELASKAN TENTANG KHITTAH;
Kembali pada ajaran Al Shalaf al-Sholih menjelaskan maksud dari kelompokyang disebut dengan Al Sawad al A’dhamdi era ini dan pentingnya berpegang teguh pada salah satu madzhab yang empat. Dengan memahami apa yang telah saya kemukakan di atas, kita menyadari bahwa sesungguhnya kebenaran yang haqiqi itu berpihak pada kalangan Al-Salafiyah generasi terdahulu yang konsisten dan survive mengugemi(berpegang teguh pada) nilai-nilai ajaran agama yang telah dibangun oleh Ulama Al-Salaf al Sholih merekalah yang oleh Rasulillah sendiri beliau identifikasi sebagai Al-Sawadu al–A’dham (golongan mayoritas) yakni mereka yang cocok dan menyepakati konsepsi-konsepsi agama yang ditetapkan oleh Ulama-Ulama Makkah, Madinah dan Ulama-Ulama Al Azhar yang mulia, kesemuanya adalah menjadi panutan kelompok ahli al Haq, sayangnya sulit sekali atau bahkan hampir tidaklah mungkin melakukan penelitian dan pelacakan secara seksama terhadap setiap persoalan dari sejumlah Ulama-Ulama ini. Karena kemasyhuran dan menyebarnya tempat domisili mereka diberbagai daerah. Dan tidak mungkin pula dapat menghitungnya karena keberadaan mereka sebagaimana bintang gumintang di langit.Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah haditsnya
:ان الله لايجتمع أمتي على ضلالة. ويدالله على الجماعة من شذشذ الى النار )رواه الترمذي( زاد ابن ماحه: فاذا وقع الاختلاف, فعليك بالسواد الاعظم مع الحق واهل
Sesungguhnya Allah Ta ala memberikan jaminan bahwa umatnya tidaklah akan bersekongkol untuk menyepakati kesesatan, keberpihakan Allah adalah pada Al Jama ah, barang siapa yang menyimpang dari konsensus mayoritas berarti bahwa ia mengasingkan diri menuju neraka. (HR. Al Turmudzi)
Imam Ibnu Majah menambahkan: Bila terjadi perselisihan maka pegangilah keputusan yang diambil oleh Al Aswad al-A’dham (kelompok mayoritas) dengan segala komitmen atas kebenaran mereka di dalam kitab Al-Jami Al-Shagir disebutkan
:ان الله قد اجار أمتي أن تجتمع على ضلالة
Sesungguhnya Allah telah menyelamatkan umatku dari segala bentuk persekongkolan atas perbuatan sesat.
Mayoritas dari mereka yang konsisten memegangi kebenaran (Ahli al-Haq) adalah mereka yang menjadi pengikut Imam Madzhab yang empat (Al-Madzahib al-Arba’ah), mengapa demikian? Kita tahu bahwa Imam Bukhori adalah bermadzhab Syafi’iy beliau meriwayatkan hadits dari Imam Humaidiy, Al Za faroniy, dan Imam Karobiisiy, demikian juga Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Nasa’i.
Demikian pula pada beberapa Imam/Muhaddits yang lain yakni : Imam Al-Syibi adalah pengikut madzhab Malikiy, Imam Mahaasibi adalah bermadzhab Syafi’iy. Imam Al Jariry merupakan penganut setia Imam Hanafiy.
Syaikh Abdul Qadir al Jailani bermadzhab Hambaliy, Imam Abu Hasan Al Syadhili pengikut madzhab Malikiy, dandengan mengikuti satu madzhab tertentu akan lebih dapat terfokus pada satu nilai kebenaran yang haqiqi, lebih dapat memahami secara mendalam dan akan lebih memudahkan dalam mengimplementasikan amalan. Dengan menentukan pada satu pilihan madzhab inilah berarti ia telah pula melakukan jalan yang juga ditempuh oleh Al Salaafuna al Shaalih, mudah-mudahan keridloan Allah terlimpah curahkan pada mereka semua, Amin.
Kita sebagai kelompok awam dari mayoritas kaum muslimin harus membulatkan tekad untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah swt. Haqqa al– Taqwa, dan senantiasa berharap agar nantinya kita semua tidak mati meninggalkan dunia yang fana ini kecuali tetap mengugemi agama Islam, kita sepakat untuk senantiasa berdamai dan melakukan rekonsiliasi dengan mereka atau siapa saja yang berselisih. Merekatkan tali persaudaraan, bersikap dan berperilaku baik terhadap semua tetangga, kerabat dan seluruh teman, dapat memahami dan melaksanakan hak-hak para pemimpin, bersikap santun dan belas kasihan terhadap kaum dlu'afa dan kalangan wong cilik.
Kita berusaha mencegah mereka dari segala bentuk permusuhan, saling benci-membenci, memutuskan hubungan, hasut-menghasut, sekterianisme dan memebentuk sekte-sekte baru yang mengkotak-kotakkan Agama, kita menghimbau pada mereka semua untuk bersatu, bersahabat, tolong menolong dalam kebaikan, berpegang teguh pada agama Allah yang kokoh, dan menghindari perpecahan (disintegrasi). Hendaknya kita tetap eksis berpedoman pada Al Kitab, Al Sunnah, dan apa saja yang menjadi tuntunan para Ulama, panutan umat yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal Ra. Merekalah Ulama yang Mujma ‘Alaih, sah untuk diikuti dan dilarang keluar dari madzhab madzhab mereka. Hendaknya kita juga berpaling dari segenap bentuk organisasi organisasi baru yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar yang dibangun oleh Al Salaf al Sholih ini.
Rasulullah Saw. bersabda
:من شدّ شدّ على النار
Barang siapa yang menyimpang (keluar dari Al-Jamaah) berarti ia mengungsikan dirinya ke neraka.
Untuk itu hendaknya kita tetap konsisten memegangi Al Jamaah (organisasi aswaja) ‘ala-Thariqati Al Salaf Al Sholihin. Rasulullah saw. bersabda
:وأنا امركم بخمس أمرنى الله بهن: السمع والطاعة, والجهاد, والهجرة, والجماعة فان من فارق الجماعة قيد سبر فقد خلع ربفة الاسلام عن عنقه
Aku perintahkan pada kalian semua untuk melaksanakan lima hal, dimana Allah telah pemerintahkan hal itu padaku, yakni bersedia untuk mendengarkan, taat dan siap untuk berjihad, melakukan hijrah dan bergabung masuk dalam bingkai Al-Jamaah. Sesungguhnya seseorang yang berpisah dari jamaah walaupun hanya sejengkal, berarti sungguh ia telah melepaskan ikatan tali keislamannya dari lehernya .Sayyidina Umar bin Al Khattab ra berkata
:عليكم بالجماعة واياكم والفرقة, فان الشيطان مع الواحد وهو مع الاثنين أبعد ومن أرد بحبوحةالجنة فليلزم الجماعة
Berpegang teguhlah kalian semua pada Al Jama ah, hindarkan diri kalian dari segala bentuk perpecahan, karena sesungguhnya syetan ketika menyertai anda seorang diri saja, maka dengan sangat mudah ia menaklukkannya dibanding ketika ia menyertai dua orang yang bersekutu, barang siapa bermaksud dan ingin mendapat kenikmatan hidup di dalam surga maka tetaplah bersama Al Jama ah”.
Bersambung ke Risalah Aswaja Syeikh Hasyim Asy’ari Bagian-4(Akhir)
Sumber: http://pcnucilacap.com/risalah-aswaja-syeikh-hasyim-asy%e2%80%99ari-bagian-3