
باب التَّوَكُّلِ |
|
NASIHAT KE 19 BAB TAWAKAL |
وَسَأَلْتَنِي
عَنِ
التَّوَكُّلِ؛
وَهُوَ أَنْ
تَسْتَحْكِمَ
اعْتِقَادَكَ
بِاللَّهِ
تَعَالَى
فِيمَا
وَعَدَ؛
يَعْنِي:
أَنْ تَعْتَقِدَ
أَنَّ مَا
قُدِّرَ
لَكَ .. سَيَصِلُ
إِلَيْكَ
لَا
مَحَالَةَ
وَإِنِ
اجْتَهَدَ
مَنْ فِي
الْعَالَمِ
عَلَى
صَرْفِهِ
عَنْكَ،
وَمَا لَمْ
يُكْتَبْ
لَكَ .. لَنْ
يَصِلَ
إِلَيْكَ (١)
وَإِنْ
سَاعَدَكَ
جَمِيعُ
الْعَالَمِ |
|
"Dan engkau bertanya
kepadaku tentang tawakal; yaitu memastikan keyakinanmu kepada Allah Ta'ala dalam apa yang telah Dia janjikan.
Maksudnya adalah: engkau meyakini bahwa apa yang telah ditetapkan untukmu pasti akan sampai kepadamu,
tanpa keraguan, meskipun seluruh makhluk di dunia berusaha untuk menghalanginya darimu. Dan apa yang tidak ditetapkan untukmu, tidak akan sampai
kepadamu (1) meskipun seluruh makhluk di dunia membantumu untuk mendapatkannya." |
|
|
|
مناقشة
حول كلام
الإمام
الغزالي عن
التوكل قالَ
الإمامُ
الغَزَالِيُّ
رَحِمَهُ
اللهُ في
كِتَابِ
أيُّهَا
الوَلَد: إنَّ
التَّوكُّلَ
هُوَ أَنْ
تُثَبِّتَ
اعْتِقَادَكَ
بِاللهِ
تَعَالَى
فِي كُلِّ
مَا وَعَدَ
بِهِ. فَالتَّوكُّلُ
لا يَعْنِي
تَرْكَ
السَّعْيِ،
بَلْ أَنْ
تُؤْمِنَ
يَقِينًا
بِأَنَّ مَا قَدَّرَهُ
اللهُ لَكَ
سَيَصِلُ
إِلَيْكَ لَا
مَحَالَةَ،
وَلَوِ
اجْتَمَعَ
كُلُّ الخَلْقِ
عَلَى
مَنْعِهِ.
وَبِالمُقَابِلِ،
مَا لَمْ
يَكْتُبْهُ
اللهُ لَكَ،
لَنْ يَصِلَ
إِلَيْكَ، وَلَوِ
اجْتَمَعَ
كُلُّ
الخَلْقِ
عَلَى تَحْقِيقِهِ. |
|
Pembahasan Tawakal Menurut Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali
menjelaskan bahwa tawakal adalah memastikan keyakinan kita kepada Allah dalam segala hal yang telah dijanjikan-Nya. Tawakal bukan berarti meninggalkan usaha, tetapi meyakini bahwa apa yang telah Allah tetapkan untuk kita akan
sampai kepada kita, meskipun seluruh makhluk berusaha menghalanginya. Sebaliknya, apa yang tidak Allah tetapkan untuk kita, tidak
akan pernah sampai, meskipun seluruh makhluk mendukung kita. |
|
|
|
الأدلة
من القرآن
الكريم اليقين
بتدبير الله: قالَ
اللهُ
تَعَالَى:"وَمَن
يَتَوَكَّلْ
عَلَى
ٱللَّهِ
فَهُوَ حَسْبُهُ." (الطلاق:
3). يُبَيِّنُ
هَذَا أَنَّ
اللهَ تَعَالَى
يَكْفِي
عَبْدَهُ
المُتَوَكِّلَ
عَلَيْهِ،
لِأَنَّهُ
هُوَ
المُدَبِّرُ
لِجَمِيعِ
أُمُورِ
الخَلْقِ. الرِّزْقُ
المَكْتُوب: قالَ
اللهُ
تَعَالَى:"وَمَا
مِن
دَابَّةٍ
فِي ٱلۡأَرۡضِ
إِلَّا
عَلَى ٱللَّهِ
رِزۡقُهَا." هود:
6 يُؤَكِّدُ
هَذَا أَنَّ
رِزْقَ كُلِّ
مَخْلُوقٍ
قَدْ
كَتَبَهُ
اللهُ
مُسْبَقًا،
وَعَلَى
العَبْدِ
أَنْ
يَسْعَى
مَعَ التَّوكُّلِ
عَلَيْهِ. |
|
Dasar Al-Qur'an Keyakinan kepada Takdir Allah: Allah berfirman:
"Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan
mencukupinya." (QS. At-Thalaq:
3) Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah tempat bersandar yang cukup bagi hamba-Nya, karena Dialah yang mengatur segala urusan makhluk. Ketentuan Rezeki: Allah juga berfirman: "Dan tidak ada suatu makhluk
bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya." (QS. Hud: 6) Hal ini menunjukkan bahwa rezeki setiap makhluk sudah ditentukan oleh Allah, dan tugas hamba
adalah berusaha sambil bertawakal kepada-Nya. |
|
|
|
الأدلة
من السنة
النبوية التوكل
مع السعي:قالَ
رَسُولُ
اللهِ ﷺ: "لو
أنكم توكلون
على الله حق
توكله
لرزقكم كما
يرزق الطير،
تغدو خماصاً
وتروح
بطاناً." رواه
الترمذي،
رقم الحديث: 2344 يُوَضِّحُ
الحَدِيثُ
أَنَّ
التَّوكُّلَ
لَا يَعْنِي
تَرْكَ
السَّعْيِ،
بَلِ الجَمْعَ
بَيْنَ
السَّعْيِ
وَالاعْتِمَادِ
عَلَى اللهِ. الإيمان
بالقضاء
والقدر: قالَ
رَسُولُ
اللهِ ﷺ:"واعلم
أن الأمة لو
اجتمعت على
أن ينفعوك
بشيء لم
ينفعوك إلا
بشيء قد كتبه
الله لك، ولو
اجتمعوا على
أن يضروك
بشيء لم
يضروك إلا
بشيء قد كتبه
الله عليك." (رواه
الترمذي،
رقم الحديث: 2516) |
|
Dasar Hadis Nabi ﷺ. Tawakal dengan
Usaha: Rasulullah ﷺ bersabda:"Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Burung itu pergi
di pagi hari dengan perut kosong, dan kembali
di sore hari dengan perut kenyang." (HR. Tirmidzi no. 2344). Hadis ini menunjukkan bahwa tawakal harus disertai usaha, sebagaimana burung yang keluar mencari makan setiap hari. Keyakinan pada Takdir Allah: Rasulullah ﷺ juga bersabda: "Ketahuilah,
seandainya seluruh umat berkumpul untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat kepadamu, mereka tidak akan mampu
kecuali sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mencelakakanmu, mereka tidak akan mampu kecuali
sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu." (HR. Tirmidzi
no. 2516) |
|
|
|
حكم
وأقوال
العلماء الإمام
الشافعيُّ
رَحِمَهُ
اللهُ قال: "من
أراد الدنيا
فعليه
بالعلم، ومن
أراد الآخرة
فعليه
بالعلم، ومن
أرادهما
معاً فعليه
بالعلم." وَهَذَا
يَدُلُّ
عَلَى أَنَّ
العِلْمَ
أَسَاسُ
التَّوكُّلِ
لِفَهْمِ
أَنَّ كُلَّ
شَيْءٍ
بِيَدِ
اللهِ،
وَأَنَّ
السَّعْيَ
مِنْ آدَابِ
العَبْدِ
تِجَاهَ
رَبِّهِ. الشَّيْخُ
عَبْدُ
القَادِرِ
الجِيلَانِيُّ
رَحِمَهُ
اللهُ قال: "اعمل
لدنياك كأنك
تعيش أبداً،
واعمل
لآخرتك كأنك
تموت غداً." يُبَيِّنُ
هَذَا
القَوْلُ
أَهَمِّيَّةَ
التَّوَازُنِ
بَيْنَ
العَمَلِ
فِي الدُّنْيَا
وَالثِّقَةِ
فِي قَضَاءِ
اللهِ. الجُنَيْدُ
البَغْدَادِيُّ
رَحِمَهُ
اللهُ قالَ
فِي
تَعْرِيفِ
التَّوكُّلِ: "أن
يكون قلبك
ساكناً لما
ضمنه الله
لك، ومطمئناً
بما في يده
أكثر مما في
يدك." هَذَا
يَعْنِي
أَنَّ
التَّوكُّلَ
هُوَ الاطْمِئْنَانُ
إِلَى
وَعْدِ
اللهِ
وَالثِّقَةُ
الكَامِلَةُ
بِهِ. |
|
Kalam Hikmah Para Ulama Imam Syafi I Beliau berkata: "Barang siapa yang ingin dunia, wajib baginya ilmu. Barang siapa yang ingin akhirat, wajib baginya ilmu. Barang siapa yang ingin keduanya, wajib baginya ilmu." Dalam konteks tawakal, ilmu menjadi pondasi untuk memahami bahwa segala sesuatu bergantung kepada Allah, dan usaha adalah bagian dari adab
seorang hamba. Syekh Abdul Qadir
Al-Jailani Beliau berkata: "Bekerjalah
untuk dunia seakan-akan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhirat seakan-akan kamu mati besok." Nasihat ini menggambarkan keseimbangan antara usaha maksimal di dunia dan keyakinan penuh kepada Allah dalam hasilnya. Al-Junaid
Al-Baghdadi Beliau mendefinisikan
tawakal sebagai: "Ketika hati lebih tenang
dengan janji Allah daripada dengan apa yang ada di tangan manusia." Ini menunjukkan bahwa tawakal adalah bentuk totalitas berserah diri kepada Allah dengan meyakini bahwa hanya Dia
yang berkuasa atas segala sesuatu. |
|
|
|
الخاتمة إنَّ
التَّوكُّلَ
كَمَا
بَيَّنَهُ
الإِمَامُ
الغَزَالِيُّ
هُوَ
اعْتِقَادٌ
جَازِمٌ
بِأَنَّ مَا
كَتَبَهُ
اللهُ
لِعَبْدِهِ
سَيَصِلُ
إِلَيْهِ
لَا
مَحَالَةَ،
مَقْرُونًا
بِالسَّعْيِ
وَفْقَ
الشَّرِيعَةِ.
وَالتَّوكُّلُ
يَدْعُونَا
إِلَى
أَلَّا
نَعْتَمِدَ
عَلَى الخَلْقِ،
بَلْ إِلَى
الِاعْتِمَادِ
عَلَى اللهِ
وَحْدَهُ. قالَ
اللهُ
تَعَالَى: "حَسْبُنَا
اللَّهُ
وَنِعْمَ ٱلۡوَكِيلُ."آل
عمران: 173. وَاللهُ
أَعْلَمُ
بِالصَّوَابِ. |
|
Kesimpulan. Tawakal yang dijelaskan
oleh Imam Al-Ghazali adalah keyakinan yang kokoh bahwa segala
sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah pasti akan terjadi.
Keyakinan ini harus didukung dengan usaha yang sesuai syariat. Dalam melaksanakan tawakal, kita juga diajarkan untuk tidak menggantungkan
harapan kepada makhluk, tetapi hanya kepada Allah semata. Hal ini selaras dengan firman Allah, sabda Rasulullah ﷺ, dan nasihat para ulama. Sebagai penutup, mari kita renungkan
firman Allah: "Cukuplah
Allah menjadi penolong
kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung." (QS. Ali Imran: 173) Wallahu a'lam bish-shawab. |
.