Sabtu, 21 November 2015

Nasihat Ketiga (3) Imam al-Ghazali

"Anaku, jangan sampai Engkau defisit amal, tidak mempunyai pengalaman spiritual, dan yakinlah bahwa ilmu tanpa amal tiada guna. Jika seorang lelaki memiliki sepuluh pedang dan beberapa jenis senjata lain berada di hutan belantara, laki-laki itu seorang petarung tangguh atau tentara perang yang perkasa, kemudian datanglah seekor singa besar, gagah dan membuat ciut nyali, apakah Kau kira senjata sebanyak itu bisa menyelamatkan laki-laki tadi jika ia sama sekali tidak menggunakan pedangnya untuk menusuk singa demi melindungi diri? Tentu senjata sebanyak apapun tidak berarti apa-apa jika ia tidak menggunakannya untuk menyerang singa.

Demikian pula jika seseorang membaca 100.000 kitab ilmiah, ia mempelajarinya dengan seksama akan tetapi ia tidak mengamalkan pengetahuannya itu, ketahuilah hasil bacaannya tidak bermanfaat apa-apa kecuali jika ia mengamalkannya.

Sama halnya ketika ada orang yang terjangkit penyakit tipes, meskipun dokter memberi resep dan ia tahu bisa sembuh dengan obat itu, tapi jika ia tidak meminumnya, resep dokter tinggalah sebatas resep.

Seandainya Engkau mempelajari aneka disiplin ilmu 100 tahun lamanya, dan engkau membaca 1000 kitab, itu tidak cukup untuk menyongsong rahmat Allah Swt kecuali jika itu semua diamalkan. "Tidak bermanfaat bagi manusia kecuali apa yang ia usahakan" (Qs. al-Najm: 39), "Barangsiapa berharap berjumpa Tuhannya, hendaklah ia beramal shalih" (Qs. al-Kahfi: 11) dan banyak ayat lainnya menjadi dasar argumen ini.

Apa pendapatmu tentang hadis berikut "Islam ditegakan atas lima dasar, pertama bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, kedua mendirikan shalat, ketiga mengeluarkan zakat, keempat puasa pada bulan Ramadhan, kelima melaksanakan ibadah haji bagi yang mempunyai bekal yang cukup".

Iman adalah pernyataan lisan, membenarkan dalam hati dan merealisasikan dalam perbuatan. Dalil pentingnya pengamalan tak terhitung jumlahnya. Ya betul seorang hamba bisa masuk kedalam surga Allah atas anugrah dan kemurahan Allah swt, akan tetapi itu ia dapatkan setelah ia memantaskan diri dengan ketaatan, dan ibadah, karena rahmat Allah itu dkat kepada al-muhsinin (orang yang melakukan amal lebih dari sekedar memenuhi kewajiban atau kefardhuan).

Jika ada yang mengatakan rahmat Allah bisa digapai dengan iman saja, Aku jawab; 'betul, akan tetapi kapan bisa menggapai? berapa banyak hambatan agar ia bisa menggapai? Iman itu bukan etape akhir tapi etape pertama, apakah ia menjamin ia bisa menjaga dari ketercabutan iman itu? Jika seandainya pun sampai, tentu ia dalam keadaan bangkrut dari amal.

Oleh sebab itu Imam Hasan al-Bahsri mengatakan, "Kelak Allah Swt pada hari kiamat akan menyeru hamba-Nya, 'masuklah wahai hambaku ke surga dengan rahmatku, dan bagilah rahmatku diantara kalian sesuai dengan saham (amal) mu'. (Al-Ghazali, Ayyuhal walad).

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10153138681405766&id=94438400765