Haromnya memakai perhiasan Emas dan Kain Sutra Bagi Lelaki || Irsyadul Ibad

Haromnya memakai Perhiasan Emas dan Sutra Bagi Laki-laki

 

 

 

 

 

Dan Ahmad, Syekhaini, Abu Dawud, An-Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Umar radhiyallahu 'anhu: "Sesungguhnya orang yang memakai sutra di dunia adalah orang yang tidak mendapatkan bagian di akhirat."

 

وأَحْمَدُ والشَّيْخَانِ وأَبُو دَاوُودَ والنَّسَائِيُّ وابْنُ مَاجَه عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: إِنَّمَا يَلْبَسُ الحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ فِي الآخِرَةِ

 

 

 

Al-Bazzar meriwayatkan dari Hudzaifah secara mauquf: "Barangsiapa yang memakai pakaian dari sutra... Allah akan memakaikan kepadanya pakaian dari api suatu hari nanti, yang bukan berasal dari hari-harimu, tetapi dari hari-hari Allah yang panjang."

 

والبَزَّارُ عَنْ حُذَيْفَةَ مَوْقُوفًا: مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ حَرِيرٍ أَلْبَسَهُ اللهُ ثَوْبًا يَوْمًا مِنْ نَارٍ لَيْسَ مِنْ أَيَّامِكُمْ، وَلَكِنْ مِنْ أَيَّامِ اللهِ الطِّوَالِ

 

 

 

Dan Ahmad meriwayatkan: "Tidak akan menikmati sutra orang yang berharap bertemu dengan hari-hari Allah," yakni: bertemu dengan-Nya dan menghadapi hisab-Nya.

 

وأَحْمَدُ: لَا يَسْتَمْتِعُ بِالْحَرِيرِ مَنْ يَرْجُو أَيَّامَ اللهِ أَي: لِقَاءَهُ وَحِسَابَهُ

 

 

 

[Larangan Menggunakan Emas bagi Laki-Laki]

 

] تَحْرِيمُ اسْتِعْمَالِ الذَّهَبِ عَلَى الرِّجَالِ[

 

 

 

Dan dia (Rasulullah) bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir... maka janganlah ia memakai sutra dan emas."

 

وهو: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ .. فَلَا يَلْبَسُ حَرِيرًا وَلَا ذَهَبًا.

 

 

 

An-Nasai meriwayatkan bahwa seorang laki-laki datang dari Najran kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan di tangannya ada cincin dari emas. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling darinya dan bersabda: "Sesungguhnya kamu telah datang kepadaku dengan membawa bara api di tanganmu?!"

 

والنَّسَائِيُّ: أَنَّ رَجُلًا قَدِمَ مِنْ نَجْرَانَ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ خَاتَمٌ مِنْ ذَهَبٍ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ: إِنَّكَ جِئْتَنِي وَفِي يَدِكَ جَمْرَةٌ مِنْ نَارٍ؟!

 

 

 

Dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat cincin dari emas di tangan seorang laki-laki, maka beliau mencopotnya dan melemparkannya, lalu bersabda: "Apakah salah seorang dari kalian sengaja mengambil bara api dan meletakkannya di tangannya?!"

Kemudian dikatakan kepada laki-laki tersebut setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pergi: "Ambillah cincinmu dan manfaatkanlah!" Dia berkata: "Demi Allah, aku tidak akan mengambilnya karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah membuangnya."

 

ومُسْلِمٌ: أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى خَاتَمًا مِنْ ذَهَبٍ فِي يَدِ رَجُلٍ، فَنَزَعَهُ وَطَرَحَهُ، وَقَالَ: يَعْمِدُ أَحَدُكُمْ إِلَى جَمْرَةٍ مِنْ نَارٍ [فَيَجْعَلُهَا] فِي يَدِهِ؟!

 

فَقِيلَ لِلرَّجُلِ بَعْدَمَا ذَهَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خُذْ خَاتَمَكَ وَانْتَفِعْ بِهِ!! فَقَالَ: وَاللهِ لَا آخُذُهُ وَقَدْ طَرَحَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

 

 

 

Kutukan terhadap Orang yang Menyerupai Wanita dari Kalangan Laki-Laki dan Sebaliknya

 

لَعَنَ المُتَشَبِّهِينَ مِنَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَعَكْسَهُ

 

 

 

Al-Bukhari meriwayatkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat orang-orang banci dari kalangan laki-laki, dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki."

 

وَالْبُخَارِيُّ: لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المُخَنَّثِينَ مِنَ الرِّجَالِ، وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنَ النِّسَاءِ.

 

 

 

Yang pertama adalah bentuk jamak dari (mukhannath) dengan membaca fathah dan membaca kasrohnya huruf nun; yaitu orang yang memiliki sifat kebanci-bancian; yaitu: lemah gemulai dan berlenggak-lenggok seperti yang dilakukan oleh wanita, meskipun dia tidak melakukan dosa besar.

dan yang kedua adalah wanita-wanita yang menyerupai laki-laki.

 

وَالأَوَّلُ: جَمْعُ (مُخَنَّث) بِفَتْحِ النُّونِ وَكَسْرِهَا؛ وَهُوَ: مَنْ فِيهِ الخُنُوثَةُ؛ أَيْ: التَّكَسُّرُ وَالتَّثَنِّي؛ كَمَا يَفْعَلُهُ النِّسَاءُ وَإِنْ لَمْ يَفْعَلِ الفَاحِشَةَ الكُبْرَى، وَالثَّانِي: المُتَشَبِّهَاتُ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ.

 

 

 

Abu Dawud dan An-Nasai meriwayatkan: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki."

 

وَأَبُو دَاوُودَ وَالنَّسَائِيُّ: لَعَنَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلَ يَلْبَسُ لِبْسَةَ المَرْأَةِ، وَالمَرْأَةَ تَلْبَسُ لِبْسَةَ الرَّجُلِ.

 

 

 

Ath-Thabarani meriwayatkan bahwa seorang wanita melewati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengenakan busur di pundaknya, maka beliau bersabda: "Allah melaknat wanita-wanita yang menyerupai laki-laki."

 

وَالطَّبَرَانِيُّ: أَنَّ امْرَأَةً مَرَّتْ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَقَلِّدَةً قَوْسًا، فَقَالَ: لَعَنَ اللهُ المُتَشَبِّهَاتِ مِنَ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ.

 

 

 

Abu Dawud meriwayatkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam didatangi oleh seorang banci yang telah mengecat tangannya dan kakinya dengan pacar, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Ada apa dengan orang ini?!" Mereka berkata: "Dia menyerupai wanita." Maka beliau memerintahkan agar dia diusir ke Naqi'."

 

وَأَبُو دَاوُودَ: أُتِيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمُخَنَّثٍ قَدْ خَضَّبَ يَدَيْهِ وَرِجْلَيْهِ بِالحِنَّاءِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا بَالُ هَذَا؟! قَالُوا: يَتَشَبَّهُ بِالنِّسَاءِ، فَأَمَرَ بِهِ فَنُفِيَ إِلَى النَّقِيعِ

 

 

 

[Kisah Syaikh al-Jilani dengan Iblis yang Terkutuk]

 

]قِصَّةُ الشَّيْخِ الجِيلَانِي مَعَ إِبْلِيسَ اللَّعِينِ[

 

 

 

Diriwayatkan dari al-Quthb Abdul Qadir al-Jilani rahimahullah ta'ala: Bahwa suatu ketika, beliau merasa sangat haus dalam salah satu perjalanan spiritualnya. Beliau melihat sebuah bejana dari perak tergantung di langit, yang kemudian diturunkan kepadanya dalam awan. Beliau mendengar suara dari dalam awan tersebut berkata: "Minumlah, wahai Abdul Qadir; kami telah menghalalkan bagimu segala yang diharamkan dan telah menggugurkan darimu segala kewajiban."

 

وَحُكِيَ عَنِ القُطْبِ عَبْدِ القَادِرِ الجِيلَانِي رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى: أَنَّهُ عَطِشَ فِي بَعْضِ سِيَاحَاتِهِ، فَرَأَى إِنَاءً مِنْ فِضَّةٍ مُعَلَّقاً فِي السَّمَاءِ، فَأُدْلِيَ عَلَيْهِ فِي سَحَابَةٍ، وَسَمِعَ صَوْتاً دَاخِلَهَا: (اشْرَبْ يَا عَبْدَ القَادِرِ؛ فَقَدْ أَبَحْنَا لَكَ المُحَرَّمَاتِ، وَأَسْقَطْنَا عَنْكَ الوَاجِبَاتِ).

 

 

 

Beliau pun berkata, semoga Allah meridhainya dan memberi manfaat kepada kita di dunia dan akhirat: "Menjauhlah dariku, wahai yang terkutuk; aku tidak lebih mulia di sisi Allah daripada Nabi-Nya, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam; sesungguhnya hal seperti ini tidak pernah dilakukan untuk beliau."

 

فَقَالَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَنَفَعَنَا بِهِ فِي الدَّارَيْنِ: اجْتَنَبْنَا يَا مَلْعُونُ؛ لَسْتُ أَكْرَمَ عَلَى اللهِ مِنْ نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ فَإِنَّهُ لَمْ يُفْعَلْ لَهُ شَيْءٌ مِنْ ذَلِكَ.

 

 

 

Peringatan: Pertama:

[Tentang Jenis-Jenis Sutra yang Diharamkan]

Sesungguhnya diharamkan bagi laki-laki untuk menggunakan sutra, baik yang banyak maupun sedikit, tidak peduli apakah hanya untuk penampilan luar; meskipun hanya digunakan sebagai pelapis dalam, atau untuk alas tanpa penghalang, atau digunakan sebagai tirai. Begitu juga menghiasi rumah atau masjid dengan sutra atau dengan gambar (yang bernyawa), serta hal-hal selain keduanya, hukumnya makruh. Begitu pula sutra: kunyit dan za'faran (pewarna kuning).

 

تَنَبِيهَات,أَحَدُهَا

فِي أَنْوَاعِ الحَرِيرِ المُحَرَّمَةِ

إِنَّهُ يَحْرُمُ عَلَى الرِّجَالِ اسْتِعْمَالُ الحَرِيرِ وَمَا أَكْثَرَهُ وِزْناً مِنْهُ، لَا ظُهُوراً؛ وَلَوْ بِاتِّخَاذِهِ بَطَانَةً، أَوْ بِافْتِرَاشِهِ بِلَا حَائِلٍ، أَوْ اتِّخَاذِهِ سِتْراً، وَكَذَا تَزْيِينُ البُيُوتِ وَالمَسَاجِدِ بِهِ أَوْ بِمُصَوَّرٍ، وَبِغَيْرِهِمَا مَكْرُوهٌ، وَكَالحَرِيرِ: المُزَعْفَرُ وَالمُعَصْفَرُ.

 

 

 

[Tentang Kasus-Kasus di Mana Memakai Sutra Dibolehkan]

Jika seseorang tidak menemukan pakaian lain selain pakaian sutra, maka wajib baginya untuk shalat dengan pakaian tersebut, sebagaimana dikatakan oleh al-Isnawi:

 

فِي مَسَائِلَ يُبَاحُ فِيهَا لُبْسُ الحَرِيرِ

لَوْ لَمْ يَجِدِ الرَّجُلُ إِلَّا ثَوْبَ حَرِيرٍ .. لَزِمَتْهُ الصَّلَاةُ فِيهِ، قَالَ الإِسْنَوِيُّ:

 

 

 

"(Wajib memotong bagian sutra yang melebihi batas aurat, jika tidak mengurangi lebih banyak dari upah pakaian.)

 

)يَلْزَمُ قَطْعُ مَا زَادَ مِنَ الْحَرِيرِ عَلَى قَدْرِ الْعَوْرَةِ إِنْ لَمْ يُنْقِصْ أَكْثَرَ مِنْ أُجْرَةِ الثَّوْبِ(

 

 

 

Dan (pakaian yang terkena najis) didahulukan daripada sutra untuk menutupi aurat di luar shalat, dan haram menurunkan pakaiannya atau sarungnya sampai di bawah mata kaki dengan tujuan kesombongan. Jika tidak (dengan tujuan itu), maka makruh.

 

وَيُقَدِّمُ الثَّوْبَ الْمُتَنَجِّسَ عَلَى الْحَرِيرِ فِي سَتْرِ الْعَوْرَةِ فِي غَيْرِ الصَّلَاةِ، وَيَحْرُمُ إِنْزَالُ ثَوْبِهِ أَوْ إِزَارِهِ عَنْ كَعْبَيْهِ بِقَصْدِ الْخُيَلَاءِ، وَإِلَّا .. كُرِهَ

 

 

 

Yang kedua:

Dalam hal keharaman menggunakan bejana emas dan perak, sesungguhnya haram baginya menggunakan perhiasan emas atau perak, kecuali cincin dari perak, maka itu boleh, bahkan dianjurkan.

 

وَثَانِيْهَا

فِي حُرْمَةِ اسْتِعْمَالِ أَوَانِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ ] إِنَّهُ يَحْرُمُ عَلَيْهِ اسْتِعْمَالُ حِلْيِ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ، إِلَّا خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ فَيَجُوزُ، بَلْ يُسَنُّ.

 

 

 

Dan haram melapisi dengan emas meskipun tidak ada yang tersisa darinya saat dipanaskan dengan api, begitu juga memasukkan sesuatu dari emas ke dalam batu cincinnya, atau yang dilapisi dengan semacam kaca yang jernih.

 

وَيَحْرُمُ تَمْوِيهُهُ بِالذَّهَبِ وَإِنْ لَمْ يَحْصُلْ مِنْهُ شَيْءٌ بِالْعَرْضِ عَلَى النَّارِ، وَكَذَا جَعْلُ شَيْءٍ مِنْ ذَهَبٍ دَاخِلَ فَصِّهِ، وَالَّذِي غُطِّيَ بِنَحْوِ بِلُّورٍ صَافٍ.

 

 

 

Haram bagi mukallaf, meskipun wanita, menggunakan dan menghiasi dengan bejana, meskipun sangat kecil; seperti tempat celak, tongkat celak, tusuk gigi, dan apa yang digunakan untuk membersihkan kotoran telinga dari emas atau perak, begitu juga menyimpannya.

 

وَيَحْرُمُ عَلَى الْمُكَلَّفِ وَلَوِ امْرَأَةً اسْتِعْمَالُ وَتَزْيِينُ بِإِنَاءٍ وَإِنْ صَغُرَ جِدًّا؛ كَمُكْحُلَةٍ وَمِرْوَدٍ وَخِلَالٍ وَمَا يُخْرَجُ بِهِ وَسَخُ الأُذُنِ؛ مِنْ ذَهَبٍ أَوْ فِضَّةٍ، وَكَذَا اقْتِنَاؤُهَا

 

 

 

Keharaman meniru laki-laki dengan perempuan dan sebaliknya.

Yang ketiga:

Sesungguhnya meniru laki-laki dengan perempuan dalam hal yang khusus bagi mereka menurut kebiasaan, seperti pakaian, ucapan, atau gerakan, dan sebaliknya, itu haram."

 

] حُرْمَةُ تَشَبُّهِ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَعَكْسِهِ [

وَثَالِثُهَا

إِنَّ تَشَبُّهَ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ فِيمَا يَخْتَصُّ بِهِنَّ عُرْفًا غَالِبًا مِنْ لِبَاسٍ أَوْ كَلَامٍ أَوْ حَرَكَةٍ وَعَكْسِهِ .. حَرَامٌ

 

 

 

"Maka termasuk bentuk penyerupaan yang diharamkan: Mewarnai tangan dan kaki seorang laki-laki dengan henna tanpa alasan yang dibenarkan, serta menggunakan pakaian atau penutup kepala yang mengandung benang emas, meskipun sedikit (1); karena itu termasuk perhiasan yang khusus bagi perempuan. Maka barang siapa di antara laki-laki yang melakukannya, dia telah menyerupai perempuan, dilaknat di lisan Nabi , dan diharamkan dari perhiasan surga. Semoga Allah Ta'ala dengan karunia-Nya mengenakan kepada kita perhiasan surga."

 

فَمِنَ التَّشَبُّهِ المُحَرَّمِ: خَضْبُ الرَّجُلِ يَدَهُ وَرِجْلَهُ بِالْحِنَّاءِ بِغَيْرِ عُذْرٍ، وَاسْتِعْمَالُ الرَّجُلِ الثِّيَابَ أَوِ الْكَوَافِيَ الَّتِي فِيهَا خُيُوطُ الْقَصَبِ وَلَوْ يَسِيرًا (١)؛ لِأَنَّهُ مِنْ زِينَةِ النِّسَاءِ المُخْتَصَّةِ بِهِنَّ، فَمَنْ فَعَلَهُ مِنَ الرِّجَالِ .. صَارَ مُتَشَبِّهًا بِهِنَّ، مَلْعُونًا عَلَى لِسَانِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَحْرُومًا مِنْ حِلْيَةِ الْجَنَّةِ، أَلْبَسَنَا اللهُ تَعَالَى بِمَنِّهِ وَكَرَمِهِ حِلْيَةَ الْجَنَّةِ