Bab Tsuna’i
Tentang Hal-Hal yang Berpasangan
Part III |
|
بَابُ
الثُّنَائِيِّ |
Rasulullah ﷺ bersabda: "Hamba yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesama manusia, dan amal yang paling utama adalah memasukkan kebahagiaan ke dalam hati seorang mukmin, mengusir kelaparannya, menghilangkan kesulitannya, atau melunasi hutangnya." |
|
وَقَالَ
عَلَيْهِ
السَّلَامُ:
"أَحَبُّ العِبَادِ
إِلَى
اللَّهِ
تَعَالَى
أَنْفَعُ النَّاسِ
لِلنَّاسِ،
وَأَفْضَلُ
الْأَعْمَالِ
إِدْخَالُ
السُّرُورِ
عَلَى
قَلْبِ المُؤْمِنِ،
يَطْرُدُ
عَنْهُ
جُوعًا أَوْ يَكْشِفُ
عَنْهُ كَرْبًا
أَوْ
يَقْضِي
لَهُ
دَيْنًا". |
|
|
|
Pembahasan Ilmiah tentang Sabda Rasulullah ﷺ:
"Hamba yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling bermanfaat
bagi sesama manusia" Sabda Rasulullah ﷺ
di atas menekankan pentingnya berbuat baik kepada sesama
manusia. Dalam Islam, amal
kebaikan yang bermanfaat bagi orang lain memiliki kedudukan yang sangat tinggi.
Rasulullah ﷺ
menjelaskan bahwa hamba
yang paling dicintai Allah adalah
yang paling banyak memberikan
manfaat kepada orang
lain, dan amal yang paling utama
adalah memasukkan kebahagiaan ke dalam hati seorang
mukmin, mengusir kelaparannya, menghilangkan kesulitannya, atau melunasi hutangnya. |
|
مُنَاقَشَةٌ
عِلْمِيَّةٌ
حَوْلَ
قَوْلِ النَّبِيِّ
ﷺ: "أَحَبُّ
العِبَادِ
إِلَى
اللَّهِ
تَعَالَى
أَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ" إِنَّ قَوْلَ النَّبِيِّ ﷺ المَذْكُورَ أَعْلَاهُ يُؤَكِّدُ عَلَى أَهَمِّيَّةِ فِعْلِ الخَيْرِ لِلْآخَرِينَ. فِي الإِسْلَامِ، الأَعْمَالُ الخَيْرِيَّةُ الَّتِي تَنْفَعُ الآخَرِينَ تَحْتَلُّ مَكَانَةً عَالِيَةً جِدًّا. يُوَضِّحُ النَّبِيُّ ﷺ أَنَّ أَحَبَّ العِبَادِ إِلَى اللَّهِ هُوَ الأَكْثَرُ نَفْعًا لِلنَّاسِ، وَأَنَّ أَفْضَلَ الأَعْمَالِ هُوَ إِدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى قَلْبِ المُؤْمِنِ، وَإِطْعَامُ الجَائِعِ، وَإِزَالَةُ الكَرْبِ، أَوْ سَدَادُ الدَّيْنِ. |
|
|
|
Dalil Al-Qur'an
yang Mendukung QS. Al-Ma'idah: 2 "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." Ayat ini menunjukkan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan. Dalam konteks hadis, membantu orang lain dan memberikan
manfaat termasuk dalam kategori kebaikan yang diperintahkan
Allah. |
|
الأَدِلَّةُ
مِنَ
القُرْآنِ
الكَرِيمِ
الَّتِي
تَدْعَمُ
الحَدِيثَ: 1.
سُورَةُ
المَائِدَةِ:
2 "وَتَعَاوَنُوا
عَلَى
الْبِرِّ
وَالتَّقْوَىٰ
وَلَا
تَعَاوَنُوا
عَلَى
الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ." هَذِهِ
الآيَةُ
تُشِيرُ
إِلَى
أَهَمِّيَّةِ
التَّعَاوُنِ
فِي
الخَيْرِ.
فِي سِيَاقِ الحَدِيثِ،
مُسَاعَدَةُ
الآخَرِينَ
وَتَقْدِيمُ
النَّفْعِ
يَدْخُلُ
فِي فِئَةِ
الخَيْرِ
الَّذِي
أَمَرَ
اللَّهُ
بِهِ. |
|
|
|
QS.
Al-Baqarah: 177 "Kebajikan
itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat, tetapi kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi,
dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya." Ayat ini menegaskan bahwa salah satu bentuk kebajikan adalah memberikan manfaat berupa bantuan materi kepada orang yang membutuhkan, termasuk menghilangkan kesulitan mereka. |
|
سُورَةُ
البَقَرَةِ: 177 "لَيْسَ
الْبِرَّ
أَن
تُوَلُّوا
وُجُوهَكُمْ
قِبَلَ
الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ
وَلَـٰكِنَّ
الْبِرَّ
مَنْ آمَنَ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ
وَالْمَلَائِكَةِ
وَالْكِتَابِ
وَالنَّبِيِّينَ
وَآتَى الْمَالَ
عَلَىٰ
حُبِّهِ
ذَوِي
الْقُرْبَىٰ
وَالْيَتَامَىٰ
وَالْمَسَاكِينَ
وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ
وَفِي الرِّقَابِ..." الآيَةُ
تُؤَكِّدُ
أَنَّ مِنْ
أَشْكَالِ البِرِّ
تَقْدِيمُ
المَنْفَعَةِ
المَادِّيَّةِ
لِمَنْ
يَحْتَاجُهَا،
بِمَا
فِيهَا تَخْفِيفُ
مُعَانَاتِهِمْ. |
|
|
|
QS. Al-Insan:
8-9 "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan,
(seraya berkata), 'Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharap keridhaan Allah. Kami
tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih'." Ini adalah
contoh konkret dari perilaku orang-orang yang dicintai Allah karena memberikan manfaat kepada sesama, bahkan tanpa mengharapkan imbalan apapun. |
|
سُورَةُ
الإِنسَانِ: 8-9 "وَيُطْعِمُونَ
الطَّعَامَ
عَلَىٰ
حُبِّهِ
مِسْكِينًا
وَيَتِيمًا
وَأَسِيرًا *
إِنَّمَا
نُطْعِمُكُمْ
لِوَجْهِ
اللَّهِ لَا
نُرِيدُ
مِنكُمْ
جَزَاءً
وَلَا
شُكُورًا." هَذَا
مِثَالٌ
وَاضِحٌ
عَلَى
سُلُوكِ
الَّذِينَ
يُحِبُّهُمُ
اللَّهُ
لِأَنَّهُمْ
يُقَدِّمُونَ
المَنْفَعَةَ
لِلْآخَرِينَ
دُونَ
انْتِظَارِ
مُكَافَأَةٍ. |
|
|
|
Dalil Hadis yang Mendukung Hadis Riwayat Muslim "Barangsiapa
yang meringankan beban
orang mukmin dari kesusahan dunia, maka Allah akan meringankan kesusahannya di hari kiamat." (HR. Muslim) Hadis ini
memperkuat bahwa membantu orang lain dalam kesulitan adalah amal yang sangat dicintai Allah
dan membawa keberkahan di
akhirat. |
|
الأَدِلَّةُ
مِنَ
الحَدِيثِ
النَّبَوِيِّ: 1.
حَدِيثٌ
رَوَاهُ
مُسْلِمٌ "مَنْ
فَرَّجَ
عَنْ
مُسْلِمٍ
كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ
الدُّنْيَا
فَرَّجَ
اللَّهُ
عَنْهُ
كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ
يَوْمِ
القِيَامَةِ."
(رَوَاهُ
مُسْلِمٌ) هَذَا
الحَدِيثُ
يُعَزِّزُ
أَنَّ
مُسَاعَدَةَ
الآخَرِينَ
فِي وَقْتِ
الضِّيقِ
عَمَلٌ
يُحِبُّهُ
اللَّهُ
وَيَجْلِبُ
البَرَكَةَ
فِي
الآخِرَةِ. |
|
|
|
Hadis Riwayat Tirmidzi "Barangsiapa
yang memenuhi hajat saudaranya, maka Allah akan memenuhi hajatnya." (HR. Tirmidzi) Hadis ini menunjukkan bahwa kebaikan yang diberikan kepada sesama manusia akan dibalas oleh Allah dengan kebaikan serupa. |
|
حَدِيثٌ
رَوَاهُ
التِّرْمِذِيُّ "مَنْ
قَضَى
لِأَخِيهِ
حَاجَةً
قَضَاهَا اللَّهُ
لَهُ."
(رَوَاهُ
التِّرْمِذِيُّ) يُظْهِرُ
هَذَا
الحَدِيثُ
أَنَّ
الخَيْرَ الَّذِي
نُقَدِّمُهُ
لِلآخَرِينَ
سَيُكَافِئُهُ
اللَّهُ
بِالخَيْرِ
نَفْسِهِ. |
|
|
|
Pandangan Ulama Ahli Hikmah Al-Ghazali dalam
kitab Ihya' Ulumuddin menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati seorang mukmin adalah kebahagiaan batin yang datang dari menyebarkan manfaat dan kebaikan kepada orang lain. Menurut
Al-Ghazali, manusia diciptakan
sebagai makhluk sosial, sehingga kebaikan yang dilakukan kepada orang lain akan kembali kepada diri sendiri dalam bentuk kebahagiaan batin dan ketenangan jiwa. Al-Ghazali juga mengatakan: "Siapa
yang menolong saudaranya dalam kesulitan duniawi, maka ia telah menanamkan
kebahagiaan yang lebih dalam dirinya sendiri, karena kebaikan akan selalu melahirkan kedamaian batin." |
|
آراءُ
العُلَمَاءِ
الحُكَمَاءِ: الغَزَالِيُّ فِي كِتَابِ
إِحْيَاءِ
عُلُومِ
الدِّينِ يُوَضِّحُ
أَنَّ
السَّعَادَةَ
الحَقِيقِيَّةَ
لِلْمُؤْمِنِ
هِيَ
السَّعَادَةُ
البَاطِنَةُ
الَّتِي
تَأْتِي
مِنْ نَشْرِ
المَنْفَعَةِ
وَالخَيْرِ
لِلآخَرِينَ.
حَسَبَ
الغَزَالِيِّ،
الإِنْسَانُ
مَخْلُوقٌ اِجْتِمَاعِيٌّ،
وَبِالتَّالِي
فَإِنَّ الخَيْرَ
الَّذِي
يَفْعَلُهُ
لِلآخَرِينَ
يَعُودُ
عَلَيْهِ
بِالسَّعَادَةِ
وَالطُّمَأْنِينَةِ
الدَّاخِلِيَّةِ. يَقُولُ
الغَزَالِيُّ: "مَنْ أَعَانَ أَخَاهُ فِي مِحْنَةٍ دُنْيَوِيَّةٍ، فَقَدْ زَرَعَ السَّعَادَةَ فِي دَاخِلِهِ، لِأَنَّ الخَيْرَ دَائِمًا يُوَلِّدُ سَلَامًا دَاخِلِيًّا." |
|
|
|
Al-Junaid Al-Baghdadi, seorang tokoh sufi, mengajarkan bahwa hakikat ibadah kepada Allah tidak hanya diukur dari seberapa banyak kita melakukan
ritual, tetapi juga dari seberapa besar manfaat kita bagi orang lain. Al-Junaid berkata: "Tasawuf bukanlah sekadar ibadah yang khusyuk di masjid, tetapi juga bagaimana kita memanifestasikan kasih sayang Allah dengan memberikan manfaat kepada makhluk-Nya." |
|
الجُنَيْدُ
البَغْدَادِيُّ، أَحَدُ
أَعْلَامِ
التَّصَوُّفِ،
يُعَلِّمُ
أَنَّ
حَقِيقَةَ
العِبَادَةِ
لَيْسَتْ
فِي قِيَاسِ
كَمِّيَّةِ
العِبَادَاتِ،
بَلْ فِي
مِقْدَارِ
المَنْفَعَةِ
الَّتِي يُقَدِّمُهَا
لِلآخَرِينَ.
يَقُولُ
الجُنَيْدُ: "التَّصَوُّفُ
لَيْسَ
فَقَطْ
عِبَادَةَ
خُشُوعٍ فِي
المَسْجِدِ،
بَلْ كَيْفَ
نُجَسِّدُ
رَحْمَةَ
اللَّهِ
مِنْ
خِلَالِ
تَقْدِيمِ
النَّفْعِ
لِمَخْلُوقَاتِهِ." |
|
|
|
Al-Qusyairi dalam Risalah Al-Qusyairiyyah menekankan bahwa akhlak seorang sufi sejati adalah yang selalu berusaha membahagiakan orang lain. Menurutnya,
amal terbaik seorang hamba bukanlah yang dilakukan untuk diri sendiri, tetapi yang dapat meringankan beban orang lain: "Manfaat terbesar
seorang mukmin adalah ketika ia menjadi jalan
bagi kebahagiaan orang
lain. Dan ketika seorang mukmin melakukan hal itu, ia
telah mewujudkan salah satu tujuan terbesar
diciptakannya manusia, yakni menjadi rahmat bagi semesta
alam." |
|
القُشَيْرِيُّ
فِي
الرِّسَالَةِ
القُشَيْرِيَّةِ
يُؤَكِّدُ
أَنَّ
أَخْلَاقَ
الصُّوفِيِّ
الحَقِيقِيِّ
هِيَ
الَّتِي
تَسْعَى
دَائِمًا
لِإِسْعَادِ
الآخَرِينَ.
وَفْقًا
لَهُ،
أَفْضَلُ
عَمَلٍ
يَقُومُ
بِهِ العَبْدُ
لَيْسَ مَا
يَفْعَلُهُ
لِنَفْسِهِ،
بَلْ مَا
يُخَفِّفُ
بِهِ عِبْءَ
الآخَرِينَ: "أَعْظَمُ مَنْفَعَةٍ لِلْمُؤْمِنِ هِيَ أَنْ يَكُونَ سَبَبًا فِي سَعَادَةِ الآخَرِينَ. وَعِنْدَمَا يَقُومُ المُؤْمِنُ بِذَلِكَ، فَإِنَّهُ يُحَقِّقُ وَاحِدًا مِنْ أَكْبَرِ الأَهْدَافِ لِخَلْقِ الإِنْسَانِ، وَهُوَ أَنْ يَكُونَ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ." |
|
|
|
Kesimpulan Hadis Rasulullah ﷺ
ini menegaskan bahwa seorang hamba yang paling
dicintai oleh Allah adalah
yang memberikan manfaat bagi sesamanya. Ini bukan hanya dalam
bentuk materi, tetapi juga berupa dukungan moral, penyelesaian masalah, dan bantuan lainnya. Al-Qur'an dan Hadis banyak
mengajarkan pentingnya tolong-menolong dan memberikan manfaat bagi orang lain, dan
ulama-ulama besar seperti
Al-Ghazali, Al-Junaid, dan Al-Qusyairi memperkuat makna ini dalam pandangan
tasawuf dan akhlak Islam.
Dengan menjadi manfaat bagi orang lain, seorang hamba tidak hanya mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga membawa kedamaian dan keberkahan dalam kehidupannya di dunia dan
akhirat. |
|
الخُلاَصَةُ: يُؤَكِّدُ
حَدِيثُ
رَسُولِ
اللَّهِ ﷺ
أَنَّ
العَبْدَ
الأَكْثَرَ
حُبًّا
لِلَّهِ
هُوَ
الَّذِي
يُقَدِّمُ
مَنْفَعَةً
لِلآخَرِينَ.
وَهَذَا لَا
يَقْتَصِرُ
عَلَى الجَانِبِ
المَادِّيِّ
فَقَطْ،
بَلْ
يَشْمَلُ
الدَّعْمَ
المَعْنَوِيَّ،
حَلَّ
المَشَاكِلِ،
وَتَقْدِيمَ
المُسَاعَدَةِ
بِطُرُقٍ
مُتَعَدِّدَةٍ.
القُرْآنُ
الكَرِيمُ
وَالسُّنَّةُ
النَّبَوِيَّةُ
يَحُثَّانِ
عَلَى
التَّعَاوُنِ
وَمُسَاعَدَةِ
الآخَرِينَ،
وَالعُلَمَاءُ
الكِبَارُ
مِثْلَ
الغَزَالِيِّ،
الجُنَيْدِ،
وَالقُشَيْرِيِّ
يُعَزِّزُونَ
هَذِهِ
المَعَانِيَ
فِي فَهْمِ التَّصَوُّفِ
وَالأَخْلَاقِ
الإِسْلَامِيَّةِ. |
|
|
|
*Di sampaikan pada kajian
rutin malem sabtu Pahing, MT Baiturrohman Tepus Margomulyo. 06 September
2024.